Jumat, 03 Februari 2017

MEDIA BONEKA JARI MENYIMAK CERITA KELAS 5 PKP

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA JARI
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PADA SISWA KELAS V
SDN BARONGSAWAHAN 2 BANDARKEDUNGMULYO
JOMBANG
LAPORAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL










Oleh:
Manisfu Sepshofaro
824362512
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ SURABAYA POKJAR JOMBANG
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2016
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
LAPORAN HASIL PERBAIKAN

Nama Mahasiswa : MANISFU SEPSHOFARO
NIM : 824362512
Program Studi : S1 – PGSD
Tempat mengajar : SDN Barongsawahan 2
Jumlah Siklus Pembelajaran :  2 siklus
Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Siklus 1, Hari Sabtu, tanggal 08 Oktober  2016
Siklus 2, Hari Rabu, tanggal 12 Oktober 2016

Masalah yang merupakan Fokus Perbaikan:
Meningkatkan Kemampuan Menyimak Cerita dengan Menggunakan Media Boneka Jari  pada Siswa Kelas V Semester I di SDN Barongsawahan Kecamatan Bandarkedungmulyo Kabupaten Jombang Tahun Pelajaran 2016/ 2017

Menyetujui
Supervisor 1



Drs. KASMUJI RAHARJA, M. Pd.
NO. ID 71000049 Jombang, 30 Oktober 2016
Mahasiswa



MANISFU SEPSHOFARO
NIM 824362512


LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan praktik Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang saya susun sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah PKP pada Program Studi S1 PGSD Universitas Terbuka (UT) seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan PKP yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas dengan norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan PKP ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi, termasuk pencabutan gelar akademik yang saya sandang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.


Jombang, 30 Oktober  2016
Yang membuat pernyataan



MANISFU SEPSHOFARO
NIM 824362512


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Penelitian ini dengan baik.
Dalam penyusunan laporan Penelitian ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Bapak  Drs. Kasmuji Raharja, M. Pd. selaku tutor pembibing mata kuliah PKP yang penuh kesabaran memberikan bimbingan selama penyusunan laporan.
Bapak Isnanat, S. Pd. selaku Kepala SDN Barongsawahan 2, Kec. Bandarkedungmulyo Kab. Jombang yang telah memberikan ijin lokasi diadakannya perbaikan pembelajaran.
Bapak M. Imsa Fajar Noviansyah, S. Pd. selaku supervisor 2 yang telah memberikan masukan selama penyusunan laporan ini, rekan-rekan guru SDN Barongsawahan 2, Kec. Bandarkedungmulyo Kab. Jombang yang telah membantu baik secara moril maupun materiil atas terselesaikannya  PKP ini.
Siswa siswi kelas V SDN Barongsawahan 2 selaku subjek penelitian ini.
Bapak Ibu tercinta dan seluruh keluargaku yang telah memberikan dorongan semangat baik materiil dan spiritual.
Teman-teman guru SDN Barongsawahan 2, Kec. Bandarkedungmulyo Kab. Jombang, yang telah membantu baik secara moril maupun materiil atas terselesaikannya  PKP ini.
Semua pihak yang telah membantu terselesaikanya laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun. Semoga laporan Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan.

Jombang, Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
      Halaman
HALAMAN JUDUL   i
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT  iii
KATA PENGANTAR   iv
DAFTAR ISI    v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
ABSTRAK xi
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Definisi Operasional . 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 7
Media Pembelajaran 7
Pengertian Media Pembelajaran 7
Jenis-jenis Media Pembelajaran 8
Manfaat Media Pembelajaran 13
Faktor Pemilihan dan Penggunaan Media 15
Kriteria Pemilihan Media 17
B.  Media Boneka jari 18  
Pengertian Media Boneka jari 18
Penggunaan Media Boneka jari 19
Kelebihan Media Boneka jari 20
C.  Menyimak 20
Pengertian Menyimak 20
Proses Menyimak 21
Tahap-tahap Menyimak 22
Ragam Menyimak 26
Level-level Menyimak 29
Tujuan Menyimak 29
Ciri-ciri Penyimak Ideal 30
Kemampuan Menyimak Sekolah Dasar 31
Hubungan Menyimak dan Berbicara 33
Cerita 34
Hakikat Cerita 34
Unsur Cerita 35
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN 38
Jenis Penelitian 38
Subjek dan Lokasi Penelitian 39
Subjek Penelitian 39
Lokasi Penelitian 39
Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran 40
Data dan Instrumen Penelitian 45
Data Penelitian 45
Instrumen Penelitian 46
Teknik Pengumpulan Data 50
Teknik Analisis Data 52
Indikator Keberhasilan Penelitian 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 56
Hasil Penelitian 56
Hasil Penelitian Siklus I 56
Hasil Penelitian Siklus II 81
Pembahasan 101
BAB V PENUTUP 106
Kesimpulan 106
Saran dan Tindak Lanjut 107
DAFTAR PUSTAKA 111
DAFTAR LAMPIRAN 114
Surat kesediaan supervisor 2 108
Berkas; RPP Prasiklus, RPP Perb. Siklus 1, RPP Perb. Siklus 2 ....... 110
Lembar Observasi Guru 169
Lembar Observasi Siswa 183
Jurnal Pembimbingan 194
Hasil Pekerjaan Siswa yang terbaik dan terburuk per siklus 200
Dokumentasi Penelitian 206
APKG Siklus I, APKG Siklus II 212




DAFTAR TABEL

                                                                                                                 Halaman
Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru 46
Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa 48
Tabel 3.3 Angket 49
Tabel 3.4 Pedoman Tes Berbicara Untuk Mengukur Kemampuan Menyimak Siswa 50
Tabel 4.1 Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran 63
Tabel 4.2 Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran 66
Tabel 4.3 Hasil Tes Menyimak Melalui Kegiatan Berbicara 68
Tabel 4.4 Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran 70
Tabel 4.5 Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran 73
Tabel 4.6 Hasil Tes Menyimak Melalui Kegiatan Berbicara 75
Tabel 4.7 Persentase Angket Siswa 76
Tabel 4.8 Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran 88
Tabel 4.9 Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran 90
Tabel 4.10 Hasil Tes Menyimak Melalui Kegiatan Berbicara 92
Tabel 4.11 Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran 94
Tabel 4.12 Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran 97
Tabel 4.13 Hasil Tes Menyimak Melalui Kegiatan Berbicara 99
Tabel 4.14 Persentase Angket Siswa 100


DAFTAR GAMBAR
                   Halaman
Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan PTK 40
























DAFTAR LAMPIRAN
                                                                                                        Halaman
Lampiran 1 Silabus 114
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 127
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 148
Lampiran 4 Format Observasi Aktivitas Guru 170
Lampiran 5 Format Observasi Aktivitas Siswa 177
Lampiran 6 Format Pedoman Tes Berbicara 182
Lampiran 7 Format Angket 183
Lampiran 8 Sampel Lembar Kerja Siswa Siklus I 184
Lampiran 9 Sampel Lembar Kerja Siswa Siklus II 192
Lampiran 10 Sampel Observasi Aktivitas Guru Siklus I 197
Lampiran 11 Sampel Observasi Aktivitas Guru Siklus II 201
Lampiran 12 Sampel Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 208
Lampiran 13 Sampel Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 211
Lampiran 14 Sampel Tes Berbicara Siklus I 214
Lampiran 15 Sampel Tes Berbicara Siklus II 215
Lampiran 16 Sampel Angket 216
Lampiran 17 Materi Pembelajaran 218
Lampiran 18 Lembar Validasi Media 226
Lampiran 19 Kartu Konsultasi Skripsi 227
Lampiran 20 Dokumentasi Media Boneka jari 229
Lampiran 21 Dokumentasi Penelitian 231


PENGGUNAAN MEDIA BONEKA JARI
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
MENYIMAK CERITA PADA SISWA KELAS V
SDN BARONGSAWAHAN 2 JOMBANG
Manisfu Sepshofaro
ABSTRAK
Kata Kunci: Media boneka jari, keterampilan menyimak, cerita

     Keterampilan menyimak harus dikuasai oleh siswa sekolah dasar. Namun, berdasarkan hasil observasi, keterampilan menyimak siswa kelas V SDN Barongsawahan 2 Jombang belum optimal. Hal itu disebabkan oleh pembelajaran yang kurang inovatif. Oleh sebab itu, diperlukan cara untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak cerita yaitu dengan menggunakan media boneka jari. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain : (1) mendeskripsikan penggunaan media boneka jari dalam pembelajaran menyimak cerita pada siswa kelas V SDN Barongsawahan 2 Jombang; (2) mendeskripsikan hasil belajar siswa dengan menggunakan media boneka jari dalam pembelajaran menyimak cerita  pada siswa kelas V SDN Barongsawahan 2 Jombang;
     Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus dan dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan serta refleksi. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, tes keterampilan menyimak dan angket. Data yang diperoleh dianalisis dan disajikan dalam bentuk deskriptif kualitatif dan kuantitatif  serta dibuat dalam bentuk tabel.
     Ketuntasan klasikal siswa pada siklus I adalah 65,79% dengan rata-rata hasil belajar 66,05. Sedangkan ketuntasan klasikal siswa pada siklus II adalah 94,74% dengan rata-rata hasil belajar 87,17. Dari hasil penelitian diperoleh data tentang  penggunaan media boneka jari, hasil belajar siswa dan kendala-kendala penggunaan media boneka jari. Selain itu diperoleh pula data peningkatan aktivitas guru, siswa, respon siswa.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media boneka jari dapat membantu guru dalam proses pembelajaran menyimak cerita. Disamping itu media boneka jari ini dapat meningkatkan keterampilan menyimak cerita pada siswa. Sehingga harapannya penelitian ini dapat dijadikan pedoman penelitian ke depannya dan menjadi alternatif guru Sekolah Dasar untuk media pembelajaran yang efektif.


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Identifikasi Masalah
      Pada awal kehidupan, manusia lebih dulu belajar menyimak kemudian berbicara, membaca dan menulis. Menurut Tarigan (1987:2) keterampilan
menulis. Namun, menyimak merupakan keterampilan berbahasa awal yang dikuasai manusia dan dasar bagi keterampilan berbahasa lain. Penguasaan keterampilan menyimak akan berpengaruh pada keterampilan berbahasa lainnya. Selanjutnya, Tarigan (1987:3) menyatakan bahwa dengan keterampilan menyimak berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara pada seseorang.
      Melalui proses menyimak, seseorang dapat menguasai pelafalan fonem, penggunaan kosakata dan penyusunan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata dan kalimat sangat membantu seseorang dalam berbicara, membaca ataupun menulis. Petunjuk-petunjuk dalam belajar berbicara, membaca maupun menulis selalu disampaikan melalui bahasa lisan. Ini berarti bahwa keterampilan menyimak dapat menunjang keterampilan berbicara, membaca maupun menulis.
 Menyimak sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan keterampilan yang cukup mendasar dalam aktivitas berkomunikasi. Dalam kehidupan, manusia selalu dituntut untuk menyimak, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Oleh sebab itu, kegiatan menyimak lebih banyak daripada kegiatan berbahasa yang lain yaitu berbicara, membaca dan menulis. Sesuai dengan kurikulum kelas V SD semester satu pada kompetensi dasar menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar dan disampaikan secara  lisan, siswa diharapkan mampu memahami isi cerita yang diperdengarkan dan mampu menanggapi peristiwa yang terjadi dalam cerita dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Analisis Masalah
      Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa siswa kelas V SDN Barongsawahan 2 masih belum optimal dalam menyimak sehingga diperlukan banyak latihan yang berkaitan dengan keterampilan menyimak. Peranan pembelajaran menyimak sebagai sumber keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran masih belum disadari oleh siswa.
      Faktor yang mempengaruhi kurangnya kemampuan menyimak siswa kelas V SDN Barongsawahan 2 Jombang yaitu kebiasaan menggunakan bahasa daerah di lingkungan pergaulan siswa. Hal ini menyebabkan kemampuan menanggapi atau merespon pertanyaan yang dilontarkan oleh guru semakin lambat dan sering terjadi kesalahan asumsi atas informasi yang disampaikan.
      Selain itu, pembelajaran yang kurang inovatif menyebabkan kemampuan siswa dalam menyimak menjadi berkurang. Hal ini disebabkan oleh perhatian siswa hanya tertuju pada bacaan dalam buku yang juga dibacakan guru di depan kelas sehingga memungkinkan siswa ikut membaca dalam hati. Jadi, siswa dilatih untuk mendengarkan saja bukan menyimak.
Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
      Menyikapi hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada siswa kelas V SDN Barongsawahan 2 Jombang. Peneliti berusaha menerapkan salah satu media alternatif untuk menumbuhkan kemauan dan keterampilan menyimak siswa yaitu dengan media pembelajaran Boneka Jari.
      Penggunaan media Boneka Jari dalam pembelajaran menyimak cerita dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan minat siswa. Selain karena bentuk Boneka Jari  yang menarik,  guru juga menirukan suara tokoh sesuai dengan karakternya masing-masing. Hal ini akan membuat siswa termotivasi sehingga siswa akan mengikuti pembelajaran dengan sebaik mungkin. Dengan demikian, diharapkan akan mampu meningkatkan kemampuan menyimak cerita  pada siswa yang dapat diidentifikasi dari hasil belajar siswa dan berubahnya sikap siswa ke arah positif.
      Peran media sangat besar dalam pembelajaran menyimak. Semakin menarik media yang digunakan, maka minat siswa terhadap pembelajaran juga akan bertambah. Hal ini, mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penggunaan Media Boneka Jari Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita Pada Siswa Kelas V SDN Barongsawahan 2 Jombang”

Rumusan Masalah
 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah penggunaan media Boneka Jari dalam pembelajaran menyimak cerita pada siswa kelas V SDN Barongsawahan 2 Jombang?
Bagaimanakah hasil belajar siswa dalam menyimak cerita dengan menggunaan media Boneka Jari pada siswa kelas V SDN Barongsawahan 2 Jombang?

Tujuan Penelitian
 Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan dari penelitian ini antara lain:
mendeskripsikan penggunaan media Boneka Jari dalam pembelajaran menyimak cerita pada siswa kelas V SDN Barongsawahan 2 Jombang
mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam menyimak cerita  dengan menggunakan media Boneka Jari pada siswa kelas V SDN Barongsawahan 2 Jombang

Manfaat Penelitian
      Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru, sekolah dan peneliti.
Bagi guru
     Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi guru untuk menggunakan media yang tepat dan variatif pada pembelajaran menyimak cerita. Selain itu, guru dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan tidak membosankan.
Bagi siswa
     Penelitian ini dapat membantu siswa mengatasi kesulitan dalam pembelajaran menyimak cerita dan memotivasi siswa untuk lebih giat belajar
Bagi sekolah
    Penelitian ini digunakan sebagai referensi bagi sekolah tentang pentingnya penggunaan media pembelajaran sehingga sekolah dapat menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar terutama media pembelajaran yang berperan sangat penting dalam pembelajaran.
Bagi peneliti
     Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk penelitian lanjutan.

E.  Definisi Operasional
 1. Media Boneka Jari adalah media yang berupa macam-macam bentuk tiruan tokoh (binatang, manusia, tumbuhan, dsb.) dalam sebuah cerita yang digambarkan ke dalam bentuk boneka yang terbuat dari kain flanel dan diselipkan di jari. Media Boneka Jari ini merupakan salah satu alternatif media pembelajaran bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru untuk menarik perhatian siswa. Selain itu, guru juga menirukan masing-masing suara tokoh sesuai karakternya sehingga dapat dibedakan tokoh satu dengan yang lain.
 2. Menyimak cerita adalah salah satu keterampilan berbahasa Indonesia yang kegiatannya yaitu siswa mendengarkan sebuah paparan fiksi sederhana bisa berupa dongeng maupun cerita pendek yang memuat tokoh-tokoh, alur, setting, moral, tema dan sudut pandang dengan penuh perhatian yang diperagakan menggunakan media untuk mempermudah pemahaman siswa sehingga siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru mengenai isi cerita tersebut.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Media Pembelajaran
Pengertian Media Pembelajaran
     Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar. “Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan” (Arsyad, 2010: 3). Sedangkan Briggs (dalam Sanjaya, 2008: 204), mendefinisikan media pembelajaran sebagai alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Gagne’ (dalam Arsyad, 2010: 4), juga menjelaskan pengertian media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Sementara itu, Munadi (2008: 7-8), menjelaskan pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
   Selain definisi yang dipaparkan oleh beberapa ahli di atas, Rossi dan Breidle (dalam Sanjaya, 2008: 204),  juga mendefinisikan media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, majalah, dan sebagainya. Sedangkan Saud (2009: 66), media pembelajaran adalah sarana pembelajaran yang digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
     Jadi, media pembelajaran dapat dikatakan sebagai alat bantu mengajar guru yang dapat memberikan pengalaman konkret dan membantu pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan.
Jenis-jenis Media Pembelajaran
      Sadiman (2005: 28-81) mengelompokkan media pembelajaran menjadi dua jenis yaitu:
Media Grafis
      Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi verbal.
      Media grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Banyak jenis media grafis, antara lain:
Gambar/foto
      Diantara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Media ini digunakan dengan tujuan untuk memvisualisasikan  konsep yang ingin disampaikan kepada siswa.
Sketsa
      Sketsa adalah gambar yang sederhana, atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail.
Diagram
      Sebagai suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol-simbol, diagram atau skema menggambarkan struktur dari objek secara garis besar.
Bagan (Chart)
      Berfungsi menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual.
Grafik (Graphs)
      Grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau gambar.
Kartun
      Suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan sesuatu pesan secara cepat dan ringkas atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi atau kejadian-kejadian tertentu.
Komik
      Merupakan bentuk kartun dimana perwatakan sama membentuk suatu cerita dalam urutan gambar-gambar yang berhubungan erat dirancang untuk menghibur para pembacanya.
Poster
      Poster tidak saja penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu tetapi mampu untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya.
Peta dan globe
      Berfungsi untuk menyajikan data-data lokasi, seperti keadaan bumi, daratan, sungai-sungai, gunung-gunung, bentuk-bentuk daratan dan perairan, data-data ekonomi serta data-data budaya.
Papan Flanel (Flannel Board)
      Papan flanel adalah media grafis yang efektif sekali untuk menyajikan pesan-pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula. Papan berlapis kain flanel ini dapat dilipat sehingga praktis.
Papan Buletin (Bulletin Board)
      Papan buletin ini tidak dilapisi kain flanel tetapi langsung ditempel gambar-gambar atau tulisan-tulisan.
Media Audio
     Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/ bahasa lisan) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media audio, antara lain:
Radio
      Radio dapat mengembangkan daya imajinasi anak, dapat merangsang partisipasi aktif pendengar dan sifatnya mudah dipindahkan (mobile).
Alat Pekekam Pita Magnetik
      Alat Perekam Pita Magnetik atau lazimnya disebut Tape Recorder adalah salah satu media pendidikan yang tak dapat diabaikan untuk menyampaikan informasi, karena mudah menggunakannya.
Laboratorium Bahasa
      Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa mendengar dan berbicara dalam bahasa asing dengan cara menyajikan materi pelajaran yang disiapkan sebelumnya.
Media Proyeksi Diam
     Media Proyeksi Diam (still proyected medium) mempunyai persamaan dengan media grafik dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Selain itu, bahan-bahan grafis banyak sekali dipakai dalam media proyeksi diam.
     Beberapa jenis media proyeksi diam antara lain:
Film
Film Bingkai
     Film bingkai adalah suatu film berukuran 35 mm, yang biasanya dibungkus bingkai berukuran 2 x 2 inci terbuat dari karton atau plastik.
Film Rangkai
     Gambar (frame) pada film rangkai berurutan merupakan satu kesatuan.

Film Gelang
     Film gelang atau film loop adalah jenis media yang terdiri dari film berukuran 8 mm atau 16 mm yang ujung-ujungnya saling bersambungan, sehingga film ini akan berputar terus berulang-ulang kalau tidak dimatikan.
Media Transparansi
      Media Transparansi adalah media visual proyeksi, yang dibuat diatas bahan transparan.
Proyektor Tak Tembus Pandang (Apaque Projector)
      Proyektor Tak Tembus Pandang adalah alat untuk memproyeksikan bahan bukan transparan, tetapi bahan-bahan tidak tembus (opaque).
Mikrofis
      Mikrofis atau microfiche adalah lembaran film transparan terdiri dari lambang-lambang visual (grafis maupun verbal) yang diperkecil sedemikian rupa sehingga tak dapat dibaca dengan mata telanjang.
Televisi (TV)
      Televisi adalah media yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara audio-visual dengan disertai unsur gerak.
Video
      Video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak dan pesan yang disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif, bisa bersifat informatif, edukatif maupun instruksional.
Manfaat Media Pembelajaran
      Menurut Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2010: 21-23), mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan manfaat penggunaan media pembelajaran, sebagai berikut:
Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku.
Pembelajaran bisa lebih menarik.
Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.
Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas.
Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.
Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan terutaman jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu
Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan
Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif, beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi.
      Sudjana dan Rivai (2005: 2), menyebutkan manfaat media pembelajaran antara lain:
Mentode mengajar akan lebih bervariasi
Bahan pengajaran akan jelas maknanya
Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
 Encyclopedia of Education Research merincikan manfaat media pembelajaran sebagai berikut:
Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme
Memperbesar perhatian siswa
Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap
Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa
Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup
Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa
Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar. (Arsyad, 2010: 25)
      Sedangkan Usman (2005:32), mengemukakan manfaat media yaitu mendorong anak untuk bertanya dan berdiskusi karena ia ingin dengan banyak perkataan, tetapi dengan memperlihatkan suatu gambar, benda yang sebenarnya atau alat lain.
  Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat media pembelajaran, antara lain:
Memperjelas penyajian pesan dan informasi.
Meningkatkan proses dan hasil belajar
Meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar
Memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka.
Faktor Pemilihan dan Penggunaan Media
     Menurut Arsyad (2010: 72-75) dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah sebagai berikut:
Motivasi
Harus ada kebutuhan, minat atau keinginan untuk belajar dari pihak siswa sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihannya.

Perbedaan Individual
Siswa belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang berbeda-beda. Faktor-faktor seperti kemampuan intelegensia, tingkat pendidikan, kepribadian dan gaya belajar mempengaruhi kemampuan dan kesiapan siswa untuk belajar.
Tujuan Pembelajaran
Jika siswa diberitahukan apa yang diharapkan mereka pelajari melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran semakin besar.
Organisasi isi
Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau ketrampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam urut-urutan yang bermakna.
Persiapan sebelum belajar
Siswa sebaiknya telah menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan sukses.
Emosi
Pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan.



Partisipasi
Partisipasi aktif oleh siswa jauh lebih baik daripada mendengarkan menonton secara pasif. Partisipasi artinya kegiatan mental atau fisik yang terjadi di sela-sela penyajian materi pelajaran.
Umpan Balik
Hasil belajar dapat meningkat apabila secara berkala siswa diinformasikan kemajuan belajarnya.
Penguatan (reinforcement)
Pembelajaran yang didorong oleh keberhasilan amat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan secara positif mempengaruhi perilaku di masa-masa yang akan datang
Latihan dan pengulangan
Agar suatu pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan atau keterampilan itu sering diulangi dan dilatih dalam berbagai konteks. Dengan demikian ia dapat tinggal dalam ingatan jangka panjang.
Penerapan
Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau situasi baru.
Kriteria Pemilihan Media
      Kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media, yaitu:
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi.
Praktis, luwes dan bertahan. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana.
Guru terampil menggunakannya. Apapun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya.
Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.
Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu (Arsyad, 2010: 75-76).

Media Boneka Jari
Pengertian Media Boneka Jari
Boneka adalah sebuah benda berbentuk ruang tiga dimensi berukuran kecil menyerupai bentuk benda aslinya biasanya terbuat dari kain. Sedangkan pengertian jari adalah Bagian tubuh manusia yang berjumlah sepuluh dan digunakan untuk melakukan suatu pekerjaan seperti memegang atau menggenggam benda.
Jadi, Boneka Jari adalah bermacam-macam bentuk benda tiruan yang terbuat dari kain menyerupai aslinya yang direpresentasikan dalam bentuk ruang tiga dimensi dan diselipkan di jari untuk menggerakkannya. Media Boneka Jari ini merupakan salah satu alternatif media pembelajaran bahasa Indonesia yang digerakkan oleh guru untuk menarik perhatian siswa. Selain itu, guru juga menirukan masing-masing suara tokoh sesuai karakternya sehingga dapat dibedakan tokoh satu dengan yang lain.
Penggunaan Media Boneka Jari
      Ada beberapa prinsip umum yang perlu diketahui untuk penggunaan efektif media Boneka Jari sebagai media yang berbasis visual, diantaranya adalah:
Dibuat sesederhana mungkin dan hati-hati karena bentuk benda yang terlalu rinci sulit diproses dan dipelajari bahkan seringkali mengganggu perhatian siswa untuk mengamati apa yang seharusnya diperhatikan.
Digunakan untuk menekankan informasi saran (yang terdapat dalam teks) sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Diulangi dalam penyajian dan melibatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat.
Digunakan untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep yang divisualisasikan.

Ditekankan pada kejelasan dan ketepatan.
Unsur-unsur pesan harus ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan untuk mempermudah pengolahan informasi.
Warna harus digunakan secara realistik (Arsyad, 2010:92-93).
Kelebihan Media Boneka Jari
      Media Boneka Jari merupakan salah satu media dimensional atau visual  berbentuk ruang yang mempunyai kelebihan sebagai berikut:
Sifatnya konkret dan lebih realistis.
Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.
Mengatasi keterbatasan pengamatan siswa.
Dapat mencegah dan membetulkan kesalahpahaman.
Harganya murah dan mudah dibuat (Sadiman dkk, 2005:29-31).

Menyimak
Pengertian Menyimak
      Menurut Tarigan (1987: 28), menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
      Russell dan Russell (dalam Tarigan, 1987: 28), memaknai “menyimak berarti mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi”. Sementara itu, menurut Anderson (dalam Tarigan, 1987: 28), “menyimak sebagai proses besar mendengarkan, mengenal serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan”. Sedangkan Akhadiah (1991: 148), menyebutkan bahwa menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.
      Menurut Haryadi dan Zamzani (1996:19), “menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh anak manusia bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa”.
      Jadi dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu kegiatan kesengajaan, perhatian dan usaha pemahaman akan sesuatu yang disimak.
Proses Menyimak
      Menurut Tarigan (1987: 58-59), menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Sudah barang tentu dalam proses ini terdapat tahap-tahap. Begitulah dalam proses menyimak pun terdapat tahap-tahap, antara lain:
Tahap Mendengar
Dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Jadi kita masih dalam tahap hearing
Tahap Memahami
Setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh sang pembicara, maka sampailah kita pada tahap understanding

Tahap Menginterpretasi
Penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu, dengan demikian maka sang penyimak telah tiba pada tahap interpreting
Tahap Mengevaluasi
Setelah memahami serta dapat menafsir atau menginterpretasikan isi pembicaraan, sang penyimak pun mulailah menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan sang pembicara, di mana keunggulan dan kelemahan, di mana kebaikan dan kekurangan sang pembicara, maka dengan demikian sudah sampai pada tahap evaluating
Tahap Menanggapi
Merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak, sang penyimak menyambut, mencamkan, menyerap serta menerima gagasan atau pembicaraanya, sang penyimak pun sampailah pada tahap menanggapi (responding).
Tahap-tahap Menyimak
      Ruth G. Strickland (dalam Tarigan, 1987: 29) mengemukakan adanya sembilan tahapan menyimak, mulai dari yang tidak berketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu dapat dilukiskan sebagai berikut:
Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.
Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal diluar pembicaraaan.
Setelah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati, mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak.
Menyimak serapan karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorbsi hal-hal yang kurang penting, jadi merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya
Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak, perhatian karena seksama berganti dengan keasyikan lain, hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja
Menyimak asosiatif hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan, yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara
Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan
Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara, dan
Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara.
      Anderson (dalam Tarigan 1987: 30-31), mencontohkan tahap-tahap menyimak ditinjau dari perbedaan maksud dan tujuan, yaitu:
Mendengar bunyi kata-kata tetapi tidak memberikan reaksi kepada ide-ide yang diekspresikan
Menyimak sebentar-sebentar, memperhatikan sang pembicara sebentar-sebentar.
Setengah menyimak, mengikuti diskusi atau pembicaraan hanya dengan maksud suatu kesempatan untuk mengekspresikan ide sendiri.
Menyimak secara pasif dengan sedikit responsi yang kelihatan
Menyimak secara sempit, dalam hal ini makna atau penekanan yang penting pudar dan lenyap karena sang penyimak menyeleksi butir-butir yang biasa, yang berkenan, ataupun yang sesuai padanya, yang dapat disetujuinya
Menyimak serta membentuk asosiasi-asosiasi dengan butir-butir yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman pribadi seseorang
Menyimak suatu laporan untuk menangkap ide-ide pokok dan unsur-unsur penunjang, atau mengikuti petunjuk-petunjuk, menyimak peraturan-peraturan serta uraian-uraian suatu permainan baru.
Menyimak secara kritis, seorang penyimak memperhatikan nilai-nilai kata emosional dalam suatu iklan atau advertensi yang disiarkan melalui radio
Menyimak secara apresiatif dan kreatif dengan responsi mental dan emosional sejati yang matang.
 Hunt (dalam Tarigan, 1987: 32-33), mengemukakan adanya 7 tahapan dalam menyimak, yaitu:
Isolasi : Pada tahap ini sang penyimak mencatat aspek-aspek individual kata lisan dan memisah-misahkan atau mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide, fakta-fakta, organisasi-organisasi khusus, begitu pula stimulus-stimulus
Identifikasi : Sekali stimulus tertentu telah dapat dikenal maka suatu makna, atau identitas pun diberikan kepada setiap butir yang berdikari itu
Integrasi : Kita mengintegrasikan atau menyatupadukan apa yang kita dengar dengan informasi lain yang telah kita sampaikan dan rekam dalam otak kita.
Inspeksi : Pada tahap ini, informasi baru yang telah kita terima dikontraskan dan dibandingkan dengan segala informasi yang telah kita miliki mengenai hal tersebut.
Interpretasi : Pada tahap ini, kita secara aktif mengevaluasi apa-apa yang kita dengar dan menelusuri dari mana datangnya semua itu.
Interpolasi : Selama tidak ada pesan yang membawa makna tanggung jawab kitalah untuk menyediakan serta memberikan data-data dan ide-ide penunjang dari latar belakang pengetahuan dan pengalaman kita sendiri.
Introspeksi : Dengan cara merefleksikan dan menguji informasi baru, kita berupaya untuk mempersonalisasikan informasi tersebut, menerapkan pada situasi kita sendiri.
Ragam Menyimak
      Tarigan (1987: 37-49), mengemukakan ragam menyimak sebagai berikut:
Menyimak Ekstensif
      Menyimak ekstensif (extensif listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru.
Menyimak ekstensif dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
Menyimak Sosial
      Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun menyimak sopan (courteous listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkerama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat responsi-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang manarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan (Dawson, 1963:153)
Menyimak Sekunder
     Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensi (extensive listening).

Menyimak Estetik
     Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak apresiatif (appreciational listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif
Menyimak Pasif
     Menyimak pasif (passive listening) adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu bahasa.
Menyimak Intensif
      Menyimak intensif lebih diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu.
Menyimak dapat dibedakan menjadi 6, yaitu:
Menyimak Kritis (critical listening)
     Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat.
Menyimak Konsentratif
     Menyimak konsentratif (concentrative listening) sering juga disebut a study-type listening atau menyimak yang merupakan sejenis telaah
Menyimak Kreatif
      Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinesetik yang disarankan atau dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya. (Dawson dalam Tarigan (1987: 46))
Menyimak Eksplorasif
      Menyimak eksplorasif, menyimak yang bersifat menyelidiki atau exploratory listening adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.
Menyimak Interogatif
      Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan sebanyak pertanyaan.
Menyimak Selektif
     Menyimak selektif melengkapi menyimak pasif. Pemanfaatan kedua teknik tersebut mengimbangi isolasi kultural kita untuk menginterpretasikan kembali semua yang telah kita dengar dengan bantuan bahasa yang telah kita kuasai.

Level-level Menyimak
      Farris (dalam Sukidi, dkk, 2003: 35-36) mengemukakan adanya empat level dalam menyimak, yaitu:
Menyimak Marginal
Terjadi ketika seseorang dapat membedakan antara suara orang dengan suara yang lain
Menyimak Apresiatif
Terjadi ketika seseorang menyimak pembaca (misalnya menyimak pembacaan cerita), pembicara (pencerita), nyanyian atau musik kesukaan.
Menyimak Attentive
Dalam menyimak attentive diharapkan adanya konsentrasi dan interaksi pada penyimak agar diperoleh pemahaman terhadap pesan-pesan pembicara.
Menyimak Kritis atau Analitis
Dalam menyimak kritis diperlukan aktivitas menimbang dan menilai masukan bahan simakan.
Tujuan Menyimak
      Tarigan (1987: 56) mengemukakan 8 tujuan menyimak, yaitu:
Menyimak untuk belajar
Menyimak untuk menikmati keindahan audial
Menyimak untuk mengevaluasi
Menyimak untuk mengapresiasi materi simakan
Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide
Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi
Menyimak untuk memecahkan masalah  secara kreatif dan analisis
Menyimak untuk meyakinkan terhadap suatu masalah atau pendapat
Ciri-ciri Penyimak Ideal
      Ciri-ciri menyimak ideal sangat perlu kita ketahui agar dapat kita gunakan sebagai pedoman dalam melatih diri menjadi penyimak ideal. Adapun ciri-ciri tersebut adalah:
Kesiapan Fisik dan Mental
Menyimak yang ideal harus memiliki fisik sehat dan mental yang sehat, tanpa fisik yang sehat kita akan mustahil dapat mengikuti, memahami suatu pembicaraan orang lain.
Motivasi dan Kesungguhan
Tujuan dan alasan menyimak dapat memotivasi seseorang untuk menyimak dengan sepenuh hati, bersungguh-sungguh dan seksama. Motivasi dan kesungguhan yang prima dalam kegiatan menyimak itulah yang menjadikan seseorang sebagai penyimak ideal
Objektif dan Menghargai Pembicaraan
Menyimak yang ideal memiliki sifat objektif dan tidak berprasangka. Menyimak hendaknya jangan melihat siapa yang berbicara, tetapi lihatlah apa yang dibicarakan.
Menyimak secara Menyeluruh dan Selektif
Menyimak yang ideal selalu mengikuti pembicaraan secara lengkap mulai dari awal sampai akhir.

Tanggap Situasi dan Kenal Arah Pembicaraan
Seorang menyimak ideal akan cepat mengenal arah dan tujuan pembicaraan, cepat mengenal situasi pembicaraan, cepat menyesuaikan diri dengan inti irama pembicaraan dan gaya pembicaraan
Kontak dengan Pembicara
Menyimak ideal selalu menghargai dan menghormati pembicara melalui perhatian, senyuman, anggukan ataupun ucapan-ucapan pendek seperti bagus, setuju, ya, dan tanda simpati yang lain terhadap pembicara
Menilai hasil dan Menanggapi Hasil Pembicaraan
Menyimak ideal dapat menilai baik buruknya suatu pembicaraan yang disimaknya. Dari hasil penelitian tersebut, penyimak dapat memberikan tanggapan yang tepat. Tanggapan tersebut dapat berwujud perbuatan maupun sikap
Mempertajam Daya Simak
Untuk mempertajam daya simak, maka diperlukan kesiapan fisik dan mental sebelum menyimak, konsentrasi dan siap menghormati pembicara dan penyimak lain. (Tarigan, 1987: 57)
Kemampuan Menyimak Sekolah Dasar
      Pada tahun 1949 Tulare County Schools selesai menyusun sebuah buku petunjuk mengenai Keterampilan Berbahasa yang Berjudul “Tulare County Cooperative Language Arts Guide”. Khusus mengenai keterampilan menyimak, dalam buku petunjuk itu terdapat uraian sebagai berikut:
Taman Kranak-kanak (4,5 – 6 tahun)
Menyimak pada teman-teman sebaya dalam kelompok-kelompok bermain
Mengembangkan waktu perhatian yang amat panjang terhadap cerita atau dongeng
Dapat mengingat petunjuk-petunjuk dan pesan-pesan yang sederhana
Kelas Satu (5,5 – 7 tahun)
Menyimak untuk menjelaskan atau menjernihkan pikiran atau untuk mendapatkan jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan
Dapat mengulangi secara tepat apa-apa yang telah didengarnya
Menyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata dan lingkungan
Kelas Dua (6,5 – 8 tahun)
Menyimak dengan kemampuan memilih yang meningkat
Membuat saran-saran, usul-usul dan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek pengertiannya
Sadar akan situasi, bila sebaiknya menyimak, bila pula sebaiknya tidak usah menyimak
Kelas Tiga dan Empat (7,5 – 10 tahun)
Sungguh-sungguh sadar akan nilai menyimak sebagai suatu sumber informasi dan sumber kesenangan
Menyimak pada laporan orang lain, pita rekaman laporan mereka sendiri, dan siaran-siaran radio dengan maksud tertentu serta dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan hal itu.
Memperlihatkan keangkuhan dengan kata-kata atau ekspresi-ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.
Kelas Lima dan Enam (9,5 - 12)
Menyimak secara kritis terhadap kekeliruan-kekeliruan, kesalahan-kesalahan, propaganda-propaganda, petunjuk-petunjuk yang keliru
Menyimak pada aneka ragam cerita puisi, rima kata-kata dan memperoleh kesenangan dalam menemui tipe-tipe baru. (Anderson dalam Tarigan, 1987: 60-61)
Hubungan Menyimak dan Berbicara
      Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face to face cumunication.
      Antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang erat, ternyata dari hal-hal berikut ini:
Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi), oleh karena itu model atau contoh yang disimak serta direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan serta kecakapan berbicara
Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang (stimuli) yang ditemuinya dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam penyampaian gagasan-gagasannya
Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempatnya hidup, hal ini misalnya terlihat nyata dalam ucapan, intonasi, kosa kata, penggunaan kata-kata, dan pola-pola kalimatnya
Anak yang masih kecil lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit tinimbang kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya
Meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang
Bunyi suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata sang anak, oleh karena itu maka sang anak akan tertolong kalau dia mendengar serta menyimak ujaran-ujaran yang baik dan benar dari para guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi dan lain-lain
Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya sang anak mempergunakan bahasa yang didengar serta disimaknya (Tarigan, 1987: 3).

Cerita
Hakikat Cerita
     Nurgiyantoro (2005 :218) menyebutkan hakikat cerita sebagai berikut:
berisi tentang hidup dan kehidupan, manusia dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu dituliskan secara prosais
menampilkan tokoh-tokoh cerita, dan tokoh itu sendiri tidak harus berupa tokoh anak, melainkan juga dapat tokoh dewasa
terdapat unsur-unsur cerita yang membangunnya.
Unsur Cerita
      Sebuah teks sastra yang tersaji di hadapan pembaca sebenarnya adalah kesatuan dari berbagai elemen yang membentuknya. Elemen-elemen itu dapat dibedakan ke dalam unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik adalah unsur-unsur cerita yang secara langsung berada di dalam, menjadi bagian, dan ikut membentuk eksistensi cerita yang bersangkutan. Unsur yang termasuk dalam kategori ini misalnya:
Tokoh
     Tokoh cerita adalah sarana strategis untuk memberikan tujuan pendidikan yang dimaksud dalam sebuah cerita. Umumnya terdapat 2 jenis tokoh dalam sebuah cerita, yaitu:
Tokoh Protagonis
Adalah tokoh pembawa misi kebenaran dan nilai-nilai moral yng berseberangan dengan tokoh antagonis yang justru pembawa kejahatan atau malapetaka
Tokoh Antagonis
Adalah tokoh berkarakter jahat dan sebagai pemicu konflik dan pertentangan-pertentangan


Alur Cerita
     Istilah yang biasa dipergunakan untuk menyebut alur adalah alur cerita, plot atau jalan cerita. Dalam sebuah cerita, alur berkembang dari bagian awal, tengah dan akhir cerita atau yang sering disebut sebagai perkenalan, pertikaian dan penyelesaian.
Latar
      Latar (setting) dapat dipahami sebagai landas tumpu berlangsungnya berbagai peristiwa dan kisah yang diceritakan dalam cerita. Latar terdiri atas tiga unsur, yaitu tempat, waktu dan lingkungan sosial budaya.
Latar tempat, merujuk pada pengertian tempat dimana cerita yang dikisahkan itu terjadi.
Latar waktu, dapat dipahami sebagai kapan berlangsungnya berbagai peristiwa yang dikisahkan dalam cerita
Latar sosial budaya, dapat dipahami sebagai keadaan kehidupan sosial budaya masyarakat yang diangkat ke dalam cerita itu.
Tema
     Tema dapat dipahami sebagai gagasan yang mengikat cerita, mengikat berbagai unsur intrinsik yang membangun cerita sehingga tampil sebagai sebuah kesatupaduan yang harmonis. Jadi, dalam kaitan ini tema merupakan dasar pengembangan sebuah cerita.

Moral
     Moral, amanat atau messages dapat dipahami sebagai sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Sesuatu itu selalu berkaitan dengan berbagai hal yang berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan dan mendidik.
Sudut Pandang
      Sudut pandang dapat dipahami sebagai cara, strategi atau siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengungkapkan cerita dan gagasannya.
Unsur Ekstrinsik
      Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar teks yang bersangkutan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap bangun cerita yang dikisahkan, langsung atau tidak langsung. Hal-hal yang dapat dikategorikan ke dalam bagian ini misalnya adalah jati diri pengarang yang mempunyai ideologi, pandangan hidup dan way of life bangsanya, kondisi kehidupan sosial budaya masyarakat yang dijadikan latar cerita dan lain-lain. (Nurgiyantoro, 2005: 221-269)










BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Jenis Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan mencermati objek, dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat. Penelitian juga menuntut objektivitas, baik dalam proses maupun penyimpulan hasilnya.
     Menurut Arikunto (2006: 91), penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Dalam menuliskan  laporan penelitian  tindakan, guru mengemukakan hal-hal yang dilakukan siswa, bukan yang dilakukan guru selama pembelajaran. Dengan kata lain, guru melaporkan berlangsungnya proses belajar yang dialami oleh siswa, perilakunya, perhatian mereka pada proses yang terjadi, mengamati hasil dari proses, mengadakan pencatatan hasil, mendiskusikan dengan teman kelompoknya, melaporkan di depan kelas dan sebagainya.
Sehingga keterkkaitan antara Penelitian Tindakan Kelas dan Pemantapan Kemampuan Profesional yang dilakukan oleh penulis yakni sama-sama mengedepankan prioritas kebutuhan siswa yakni meningkatkan prestasi belajar serta pemahaman siswa serta meningkatkan kemampuan profesionalitas guru dalam mengajar siswa dengan menggunakan berbagai metode yang dirancang.
 B. Subjek dan Lokasi Penelitian
1. Subjek Penelitian
      Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas V SDN Barongsawahan 2 Jombang dengan jumlah siswa sebanyak 17 orang yang terdiri dari 7 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan. Penulis memilih siswa kelas V sebagai subjek penelitian dengan mempertimbangkan dua faktor sebagai berikut.
Faktor siswa
Siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran menyimak cerita.
Faktor guru
Guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan cerita agar dapat dipahami oleh siswa. Pembelajaran menyimak yang diterapkan guru masih bersifat klasikal yaitu guru hanya membacakan cerita yang sudah ada dalam buku teks siswa.
2. Lokasi Penelitian
      Lokasi penelitian ini ada di kelas V SDN Barongsawahan 2 Jombang Kecamatan Bandarkedungmulyo Kabupaten Jombang. Penulis memilih sekolah ini karena: (1) SD tersebut berkenan menerima inovasi pembelajaran yang ditawarkan oleh peneliti; (2) SD tersebut belum pernah menggunakan media dalam pembelajaran menyimak cerita.
Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dilakukan dalam 2 siklus. Siklus pertama dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 05 Oktober 2016 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit, dilanjutkan dengan perbaikan siklus serta refleksi. Siklus kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 12 Oktober 2016. Pada penelitian ini hanya membutuhkan dua siklus hingga didapatkan hasil yang sesuai harapan peneliti.


Pihak yang Terlibat dalam Penelitian
Pada penelitian ini penulis serta pelaku penelitian merupakan Mahasiswa UT Semester 8 Universitas Terbuka UPBJJ Surabaya Pokjar Jombang. Sebagai Supervisor 1 yakni Tutor Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional. Dan Supervisor 2 yakni terdiri dari Penilai 1 dan Penilai 2. Dalam hal ini baik Penilai 1 maupun Penilai 2 merupakan guru senior yang berijazah S 1 dan sudah bersertifikasi dari Sekolah Dasar  tempat diadakannya penelitian. Peneliti menempatkan Kepala SDN Barongsawahan 2 sebagai Penilai 1 dan Guru Kelas Atas sebagai Penilai 2.
Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
      Pelakasanaan penelitian ini menggunakan prinsip dasar penelitian tindakan kelas. Secara garis besar ada tiga tahapan dalam PTK yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan dan pengamatan, (3) refleksi. Tahap 1 sampai dengan tahap 3 tersebut adalah sebuah proses yang merupakan sebuah siklus. Penelitian ini akan dilaksanakan sebanyak dua siklus. Setiap siklus dilakukan satu kali pertemuan. Tahap-tahap dalam siklus PTK menurut Kemmis dan Taggart (1988:11) digambarkan dalam bagan seperti di bawah ini:


















Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan PTK
(Diadopsi Kemmis dan Taggart (1988: 11))
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang tiap siklusnya terdiri dari sebagai berikut:

Siklus Pertama
Perencanaan
      Tahap perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan penelitian tindakan kelas, antara lain:
Analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa dengan menerapkan media Boneka Jari dalam cerita
Membuat lembar kerja siswa
Menyusun alat evaluasi pembelajaran
Menyiapkan media Boneka Jari
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menyimak cerita dengan menggunakan media Boneka Jari
Menyusun angket untuk mengetahui respon siswa setelah menggunakan media Boneka Jari dalam pembelajaran menyimak.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
      Tahap ini merupakan tindakan yang akan dilakukan, prosedur yang akan diterapkan. Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti adalah:
Memotivasi siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Menjelaskan materi
Membagikan LKS kepada siswa
Membimbing siswa dalam mengerjakan LKS
Mendemonstrasikan sebuah teks cerita dengan menggunakan media Boneka Jari
Memberikan evaluasi berupa tes berbicara untuk menilai keterampilan menyimak siswa
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
Melakukan tanya jawab tentang materi yang diajarkan
Memberikan tugas rumah kepada siswa
      Pada tahap pelaksanaan tindakan juga dilakukan tahap observasi. Observer atau pengamat adalah guru kelas dan teman sejawat. Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Hal-hal yang perlu diamati adalah:
Aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Hambatan siswa dan guru yang muncul selama kegiatan belajar mengajar berlangsung
  Refleksi
      Tahap ini dilaksanakan setelah kegiatan pelaksanaan. Adapun kegiatan ini dilakukan dengan cara:
Menganalisis hasil tes
Merangkum dan menganalisis hasil observasi
Menyusun langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mengatasi hambatan atau gangguan yang terjadi saat pembelajaran berlangsung

Siklus kedua
Perencanaan
      Tahap perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan penelitian tindakan kelas, antara lain:
Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa dengan menerapkan media Boneka Jari dalam cerita
Membuat lembar kerja siswa
Menyusun alat evaluasi pembelajaran
Menyiapkan media Boneka Jari
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menyimak cerita dengan menggunakan media Boneka Jari
Merevisi tindakan-tindakan yang kurang atau tidak relevan pada siklus I
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
      Tahap ini merupakan tindakan yang akan dilakukan, prosedur yang akan diterapkan. Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti adalah:
Memotivasi siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Menjelaskan materi
Membagikan LKS kepada siswa
Membimbing siswa dalam mengerjakan LKS
Mendemonstrasikan sebuah teks cerita dengan menggunakan media Boneka Jari
Memberikan evaluasi berupa tes berbicara untuk menilai kemampuan menyimak siswa
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
Melakukan tanya jawab tentang materi yang diajarkan
Memberikan tugas rumah kepada siswa
      Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus kedua, juga dilakukan tahap observasi. Hal-hal yang perlu diamati adalah:
Perubahan-perubahan yang terjadi pada aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung
Refleksi
      Tahap ini dilaksanakan setelah kegiatan pelaksanaan. Adapun kegiatan ini dilakukan dengan cara:
Menganalisis hasil tes
Menganalisis hasil angket
Merangkum dan menganalisis hasil observasi
Mengambil kesimpulan

Data dan Instrumen Penelitian
Data
Hasil observasi guru dan siswa
Data observasi guru berisi:
Aktivitas guru selama proses belajar mengajar berlangsung
Pengelolaan pembelajaran pada saat siswa menyimak cerita
Kendala-kendala yang dihadapi guru selama menggunakan media Boneka Jari dalam pembelajaran menyimak cerita.
Sedangkan data observasi siswa berisi:
Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung
Kendala-kendala yang dihadapi siswa selama menggunakan media Boneka Jari dalam pembelajaran menyimak cerita.
Respon siswa
      Respon siswa ini ditulis dalam sebuah angket yang berupa pertanyaan tertulis tentang pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan media Boneka Jari dalam pembelajaran menyimak cerita.
Hasil Tes Menyimak
      Untuk mengukur keterampilan menyimak siswa, dalam evaluasi penulis menggunakan tes berbicara. Tes ini dilakukan sebanyak empat kali yaitu pada akhir setiap pertemuan.
Instrumen Penelitian
Lembar observasi
      Lembar observasi ini untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru serta kendala yang dihadapi dalam pembelajaran menyimak cerita dengan menggunakan media Boneka Jari.
Lembar Observasi Aktivitas Guru
      Instrumen penelitian ini digunakan untuk mengamati aktivitas guru selama proses pembelajaran menggunakan Boneka Jari berlangsung. Lembar observasi ini diisi oleh pengamat. Tabelnya adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru
Kegiatan
Pembelajaran Keterlaksanaan Skor
Ya Tidak 1 2 3 4
Kegiatan Awal (± 5 menit)
Guru memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa)

Kegiatan Inti (± 55 menit)
3.Guru menjelaskan materi. (Fase 2: Mendemonstrasikan pengetahuan)
Guru membagikan LKS kepada siswa.
Guru membimbing dan menilai aktivitas siswa dalam menjawab LKS. (Fase 3: Membimbing pelatihan)
Guru dan siswa membahas LKS
Guru mendemonstrasikan sebuah teks cerita menggunakan media Boneka Jari.
Guru memberikan evaluasi berupa tes berbicara untuk menilai kemampuan menyimak siswa  (Fase 4: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik)
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran

Kegiatan Akhir (± 5 menit)
Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang diajarkan
Guru memberikan tugas rumah kepada siswa (Fase 5: Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjut dan penerapan)
Keterangan:
4 = baik sekali
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang

Lembar Observasi Aktivitas Siswa
      Instrumen penelitian ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan media Boneka Jari berlangsung. Lembar ini juga diisi oleh observer atau pengamat. Tabelnya sebagai berikut.
Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
      No Aktivitas Siswa Nilai
4 3 2 1
1. Memperhatikan penjelasan guru
2. Mengerjakan LKS
3. Membahas LKS
4. Memperhatikan cerita yang dibacakan oleh guru dengan menggunakan media Boneka Jari
5. Melakukan tes berbicara untuk mengukur kemampuan menyimak
6. Menyimpulkan materi pembelajaran
7. Melakukan tanya jawab dengan guru

Keterangan:
4 = baik sekali
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang
Lembar angket
          Dalam penelitian ini menggunakan jenis angket tertutup dan angket pilihan ganda yaitu dalam angket tersebut sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Bentuk angketnya adalah angket langsung dimana responden/siswa menjawab tentang dirinya.
      Menggunakan lembar angket untuk mendapatkan data tentang tanggapan siswa terhadap pembelajaran menyimak cerita dengan menggunakan Boneka Jari. Tabelnya sebagai berikut.
Tabel 3.3 Tabel Angket
No Instrumen Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah kamu merasa bosan dengan pembelajaran cerita yang hanya dibacakan oleh guru tanpa menggunakan media?
2. Apakah kamu sulit memahami isi cerita yang hanya dibacakan oleh guru tanpa menggunakan media?
3. Apakah kamu sering mendapatkan nilai ≤ 65 dalam pembelajaran menyimak cerita?
4. Apakah kamu menyukai pembelajaran menyimak cerita dengan menggunakan media Boneka Jari?
5. Apakah kamu mudah memahami isi cerita dengan menggunakan media Boneka Jari?
6. Apakah nilai kamu sekarang dapat mencapai > 65 dalam pembelajaran menyimak cerita?

Soal Tes
      Tes ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan siswa dalam menyimak cerita. Bentuk tes ini adalah tes berbicara. Siswa diberikan media yang berguna untuk membantu mereka dalam mengungkapkan ide dan gagasan. Selanjutnya peneliti akan merekam aktivitas siswa serta mmerangkumnya ke dalam tabel yang telah disediakan.



Tabel 3.4 Pedoman Tes Berbicara
Untuk Mengukur Keterampilan Menyimak Siswa
No Aspek yang dinilai Tingkatan Skor
1. Keakuratan Informasi
(sangat buruk – akurat sepenuhnya) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. Ketepatan Struktur dan Kosa Kata
(tidak tepat – tepat sekali) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3. Kewajaran Urutan Wacana
(tidak normal – normal) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4. Kelancaran
(terbata-bata – lancar sekali) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(Diadopsi dari Nurgiyantoro (2009: 290))
Teknik Pengumpulan Data
Observasi
 Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2006: 156).
      Observasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan (observasi non-sistematis) dan dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan (observasi sistematis) (Arikunto, 2006: 157).
      Dalam penelitian ini, penulis menggunakan observasi sistematis dan pengamatan langsung yang dilakukan tanpa perantara. Observasi ini dilakukan selama proses pembelajaran menyimak cerita berlangsung dengan menggunakan media Boneka Jari. Observator (pengamat) menggunakan sistem tanda (sign system) dalam proses observasi. Pengisian instrumennya dilakukan dengan memberi tanda atau tally berupa chek list pada kolom tempat peristiwa muncul (Arikunto, 2006:157).
Angket
      Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006: 151).
      Angket digunakan untuk mendapatkan data tentang tanggapan siswa tentang pembelajaran menyimak cerita dengan menggunakan Boneka Jari. Angket dalam penelitian ini menggunakan jenis angket tertutup dan angket pilihan ganda yaitu dalam angket tersebut sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Bentuk angketnya adalah angket langsung dimana responden/siswa menjawab tentang dirinya.
      Angket ini dibagikan kepada responden/siswa setelah tes tindakan I dan II pada siklus kedua. Pengisian angket ini dilakukan responden/siswa dengan menyilang jawaban yang dikehendaki.
Tes Hasil Belajar
  Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150)
     Jenis tes yang digunakan oleh peneliti adalah jenis tes berbicara. Tes berbicara ini dilakukan dengan cara siswa diminta menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan cerita yang telah dibacakan oleh guru. Guru akan menilai kesesuaian jawaban dengan materi dan keruntutan kalimat, bukan keterampilan berbicaranya.

Teknik Analisis Data
Analisis Data Observasi
      Untuk menganalisis data aktivitas siswa dan guru dalam lembar observasi yang telah diamati selama kegiatan belajar mengajar mulai dari awal sampai akhir dilakukan tahap-tahap sebagai berikut.

      Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan rumus:

    P = F/N X 100%
Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah skor yang akan diperoleh
N= Jumlah skor maksimal semua komponen yang diambil
(Djamarah, 2005: 264)
      Berikut cara mengetahui kualitas hasil observasi aktivitas siswa, digunakan kriteria sebagai berikut:
81% - 100% = Sangat Baik
61% - 80% = Baik
41% - 60% = Cukup
21% - 40% = Kurang
0%   - 20 % = Sangat Kurang
(Riduwan, 2003: 41)
Analisis Angket
     Data angket respon siswa terhadap proses pembelajaran menyimak cerita dengan menggunakan Boneka Jari dianalisis dengan menarik kesimpulan yang didasarkan pada persentase. Menurut Sudjana (2008: 131) persentase respon siswa diartikan sebagai frekuensi siswa yang memberikan jawaban yang sama dibagi dengan banyaknya siswa dikalikan 100%, dengan rumus:
  P = F/N X 100%
Keterangan:
P    = Persentase
F = Jumlah pemilih
N = Jumlah siswa secara keseluruhan
(Djamarah, 2005: 264)
Dengan kriteria interpretasi skor sebagai berikut:
81% - 100% = Sangat Baik
61% - 80% = Baik
41% - 60% = Cukup
21% - 40% = Kurang
0%   - 20 % = Sangat Kurang
(Riduwan, 2003: 41)
Analisis Tes Hasil Belajar
      Analisis data kuantitatif diperoleh dari hasil tes siswa yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan siswa dalam  menyimak cerita pada setiap siklus. Dimana siswa secara klasikal telah belajar tuntas, jika keberhasilan belajar siswa minimal 65. Dan rata-rata hasil belajar klasikal seluruh siswa mencapai 75.
      Penentuan ketuntasan belajar rata-rata kelas dihitung menggunakan rumus:
M = Σx/N
Dimana:
M = Rata-rata
∑X = Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar sama dengan 65
N = Jumlah siswa seluruhnya
(Djamarah, 2005:305)
      Adapun cara mengetahui kualitas hasil pembelajaran rata-rata kelas, digunakan kriteria nilai rata-rata sebagai berikut:
81% - 100% = Sangat Baik
61% - 80% = Baik
41% - 60% = Cukup
21% - 40% = Kurang
0%   - 20 % = Sangat Kurang
(Riduwan, 2003: 41)

Indikator Keberhasilan Penelitian
      Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua siklus penelitian. Dimana pada akhir setiap siklus terdapat tes yang akan dibandingkan rata-rata hasil belajarnya. Penelitian akan dihentikan:
Jika siswa secara klasikal telah memiliki kemampuan menyimak yang baik. Siswa yang mendapatkan nilai tes berbicara lebih dari atau sama dengan 65 mencapai 75% dan rata-rata hasil belajar klasikal seluruh siswa mencapai 75. Standar ini diambil berdasarkan KKM yang ada di SDN Barongsawahan 2 Jombang
Jika pada tes siklus II siswa mengalami peningkatan rata-rata hasil belajar dibandingkan dengan tes siklus I
Jika hasil observasi aktivitas guru dan siswa mencapai 80% (berdasarkan kriteria penilaian analisis observasi)
Jika hasil angket/ respon siswa yang senang dengan pembelajaran menyimak cerita dengan menggunakan media Boneka Jari mencapai 80% (berdasarkan kriteria penilaian analisis angket)



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
          Dalam bab ini dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan pembelajaran menyimak dengan menggunakan media boneka jari. Adapun paparan hasil penelitian disajikan secara berurutan dari siklus I dan siklus II. Tiap-tiap siklus diuraikan berdasarkan tahapan dalam siklusnya. Sebelum menuju ke siklus I dan siklus II peneliti telah melaksanakan kegiatan pra siklus dengan memberikan materi serta paparan kepada siswa tanpa media pembelajaran serta metode pembelajaran apapun dalam kegiatan pembelajarannya. Sehingga didapatkan hasil serta respon yang kurang memuaskan dari kegiatan pembelajaran tersebut. Oleh karenanya disusunlah sebuah kegiatan pembelajaran siklus I dan siklus II.
Hasil Penelitian Siklus I
Perencanaan
     Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan menyusun rencana pembelajaran, lembar observasi dan angket  yang akan digunakan dalam proses pembelajaran menyimak menggunakan boneka jari sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) kelas V sekolah dasar untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah: (1) penetapan waktu dan jumlah pertemuan, (2) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, materi, indikator, tujuan pembelajaran, alat dan sumber, dan evaluasi, (3) menyusun instrumen penelitian, (4) media pembelajaran. Perencanaan pembelajaran pada siklus I terdiri dari dua pertemuan. Pada tahap ini, peneliti melakukan persiapan untuk melaksanakan proses pembelajaran pada siklus I, yaitu:
Penetapan Waktu dan Jumlah Pertemuan
Pembelajaran pada siklus I direncanakan terdiri atas dua kali pertemuan dan alokasi waktu masing-masing 2 x 35 menit. Pertemuan I dilaksanakan pada hari Rabu, 05 Oktober 2016 pukul 11.20-12.30 WIB. Sedangkan pertemuan II rencananya dilaksanakan pada hari Sabtu, 08 Oktober 2016 pukul 07.15-08.25 WIB.
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Standar Kompetensi
Mendengarkan
Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan
Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat)
Materi Pokok
Materi pembelajarannya yaitu cerita anak yang berjudul Tikus dan Sang Raja Hutan  dan Persahabatan Gagak, Kijang, Musang dan Kura-Kura.
Indikator
Kognitif
Menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita.
Mendeskripsikan sifat-sifat tokoh dalam cerita.
Menentukan latar cerita.
Menentukan tema cerita.
Menentukan amanat yang terkandung dalam cerita.
Menentukan alur cerita.
Psikomotor
Menceritakan kembali dengan bahasa sendiri.
Afektif
Perilaku berkarakter
Bertanya kepada guru dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Keterampilan Sosial
Menghargai jawaban teman lain yang berbeda.
Tujuan Pembelajarannya:
Kognitif
Tanpa membuka catatan, siswa dapat menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita dengan lisan.
Tanpa membuka catatan, siswa dapat mendeskripsikan sifat-sifat tokoh dalam cerita dengan lisan.
Setelah menyimak cerita dari guru, siswa dapat menentukan latar cerita dengan lisan.
Setelah menyimak cerita dari guru, siswa dapat menentukan tema cerita dengan lisan.
Setelah menyimak cerita dari guru, siswa dapat menentukan amanat yang terkandung dalam cerita dengan lisan.
Setelah menyimak cerita dari guru, siswa dapat menentukan latar cerita dengan lisan.
Psikomotor
Setelah menyimak cerita dari guru, siswa dapat menceritakan kembali dengan bahasa sendiri.
Afektif
Perilaku Berkarakter
Melalui proses pembelajaran, siswa dapat bertanya kepada guru dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Dengan diberikan tugas oleh guru, siswa dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Keterampilan Sosial
Terlibat dalam KBM, siswa dapat menghargai jawaban teman lain yang berbeda.
Alat dan Sumber
Alat berupa lembar kerja siswa dan soal tes menyimak
Sumber
Silabus
Buku Siswa
Murni dan Ambar. 2007. Bahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas V. Hal: 64-67. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Suyatno, dkk. 2008. Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal: 128-133. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Umri dan Indriyani. 2008. Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Kelas V. Hal: 57. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Warsidi dan Farika. 2008. Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas. Hal: 40-42. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Lembar Penilaian
Evaluasi
      Evaluasi pembelajaran berupa penilaian hasil tes berbicara untuk mengukur keterampilan menyimak cerita siswa. Penilaian ini dilakukan pada saat akhir setiap pertemuan.
Menyusun Instrumen Penelitian
Tes menyimak, dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan
Observasi terhadap aktivitas guru dan siswa, dilaksanakan pada setiap pertemuan
Angket, diberikan pada setiap akhir siklus
Media pembelajaran
      Media yang digunakan berupa boneka jari Persahabatan Gagak, Kijang, Musang dan Kura-Kura. Media ini menggambarkan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut.
Pelaksanaan dan Pengamatan
      Pada tahap ini, dilakukan penelitian sesuai perencanaan yang telah disusun. Penelitian ini disertai pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran menyimak menggunakan media boneka jari. Dalam penelitian ini, kegiatan pengamatan dilakukan oleh dua orang pengamat yaitu guru bidang studi bahasa Indonesia kelas V sebagai pengamat I, seorang teman sejawat sebagai pengamat II. Keduanya mengamati aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.
Pertemuan Pertama
      Adapun kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan pertama adalah (a) kegiatan awal: guru memotivasi siswa dengan bertanya kepada mereka, “Apakah kalian pernah mendengar cerita Monyet dan Singa? Apa yang dilakukan gagak dalam cerita tersebut? Bagaimana sifat Gagak, Kijang, Musang dan Kura-Kura?”, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu menyebutkan tokoh-tokoh dan sifat-sifatnya, latar serta tema dalam cerita, (b) kegiatan inti: guru menjelaskan cara menentukan tokoh-tokoh dan sifat-sifatnya, latar serta tema dalam cerita  tersebut, guru membagikan LKS kepada siswa, guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS, guru dan siswa membahas LKS, guru mendemonstrasikan sebuah teks cerita yang berjudul “Persahabatan Gagak, Kijang, Musang dan Kura-Kura” dengan menggunakan media boneka jari, guru memberikan evaluasi berupa tes berbicara untuk menilai keterampilan menyimak siswa, guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran, (c) kegiatan akhir: guru melakukan tanya jawab tentang materi yang diajarkan, guru memberikan tugas rumah kepada siswa.
     Data yang dikumpulkan dalam pertemuan ini ada dua jenis yaitu data hasil observasi tentang aktivitas guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan data hasil tes menyimak.


Data Aktivitas Guru dalam Kegiatan Pembelajaran
     Data aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Penilaian
I II Skor
Rata-rata
Kegiatan Awal (± 5 menit)
Guru memotivasi siswa dengan bertanya kepada mereka,
“Apakah kalian pernah mendengar cerita Monyet dan Singa, dsb.?“
“Apa yang dilakukan kancil dalam cerita tersebut?”
“Bagaimana sifat Monyet dan Singa, dsb.?”
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu menyebutkan tokoh-tokoh dan sifat-sifatnya, latar serta tema dalam cerita (Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa)

2







2

2







2


2







2
Kegiatan Inti (± 55 menit)
Guru menjelaskan cara menentukan tokoh-tokoh dan sifat-sifatnya, latar serta tema dalam cerita. (Fase 2: Mendemonstrasikan pengetahuan)
Guru membagikan LKS kepada siswa.
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS. (Fase 3: Membimbing pelatihan)
Guru dan siswa membahas LKS
Guru mendemonstrasikan sebuah teks cerita yang berjudul “Persahabatan Gagak, Kijang, Musang dan Kura-Kura” menggunakan media boneka jari.
Guru memberikan evaluasi berupa tes berbicara untuk mengukur keterampilan menyimak (Fase 4: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik)
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
2





3

1



3


2



2





1
2





3

1



2


3



2





1

2





3

1



2,5


2,5



2





1

Kegiatan Akhir (± 5 menit)
10. Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang diajarkan
11.Guru memberikan tugas rumah kepada siswa (Fase 5: Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjut dan penerapan)
2


2
2


2
2


2
Jumlah 22 22 22
Rata-rata 2 2 2
Persentase (%) 50 50 50
(Sumber Data: Data Lapangan, 2016)
Keterangan:
I : Pengamat 1
II : Pengamat 2
     Hasil observasi aktivitas guru pada tabel di atas dianalisis dengan rumus sebagai berikut:
    P = F/N X 100%
Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah skor yang akan diperoleh
N= Jumlah skor maksimal semua komponen yang diambil
P = 22/44  ×100%
= 50%
       Dari tabel di atas terlihat bahwa persentase rata-rata aktivitas guru adalah 50%. Ini menunjukkan aktivitas guru pada pertemuan pertama berada pada kategori cukup. Hasil ini belum mencapai persentase yang diharapkan yaitu 80% dari seluruh aktivitas guru.
      Dalam pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama ini, terlihat bahwa kemampuan guru belum berlangsung dengan baik: (1) guru (peneliti) mengalami kesulitan dalam membimbing siswa mengerjakan LKS karena banyak siswa yang bingung dengan soal dalam LKS, (2) guru (peneliti) mengalami kesulitan dalam mendemonstrasikan sebuah teks cerita menggunakan media boneka jari karena suara guru yang kurang keras, (3) guru (peneliti) perlu meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimpulkan hasil pembelajaran, (4) guru (peneliti) kurang mampu menjelaskan materi karena guru kurang menguasai materi, (5) guru (peneliti) kurang mampu memotivasi siswa dalam belajar, (6) guru (peneliti) kurang merangsang siswa untuk dapat aktif dalam melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari.
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
     Hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan pertama yang dilaksanakan selama 2 jam pelajaran dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
No Nama
Siswa Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5 6 7
P I P II P I P II P I P II P I P II P I P II P I P II P I P II
1. AADS 1 1 2 2 3 1 2 2 1 2 2 2 1 1
2. APS 3 1 3 2 2 3 2 2 1 1 3 2 1 3
3. APN 2 2 1 3 3 3 1 4 2 2 1 1 3 3
4. BSN 1 1 1 3 3 1 2 2 1 3 2 2 1 1
5. DVA 1 1 3 2 2 2 2 2 1 3 1 1 1 2
6. DA 2 2 2 2 3 3 2 4 1 1 1 1 2 1
7. DPA 2 2 1 2 2 2 1 3 1 1 2 2 3 1
8. DA 1 1 2 2 2 1 1 3 1 3 2 2 1 1
9. FA 1 1 3 3 2 4 2 2 2 2 1 3 3 3
10. MTW 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2
11. MRA 2 2 3 3 1 3 3 3 2 2 2 1 1 3
12. NDO 2 2 2 2 3 3 2 4 3 2 2 2 2 2
13. SNR 1 3 1 2 1 3 2 3 2 2 2 2 1 1
14. SVND 2 2 1 3 1 2 2 2 1 1 2 2 1 3
15. S 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2
16. VS 2 2 3 3 3 2 2 2 1 2 2 2 1 3
17. ZF 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2
Jumlah 30 32 37 42 38 44 34 50 27 31 32 34 29 37
Rata-rata 31 39,5 41 42 29 33 33
Persentase (%) 40,8 51,9 53,9 55,3 38,2 43,4 43,4
(Sumber Data: Data Lapangan, 2016)  
Keterangan:
I : Pengamat 1
II : Pengamat 2

Aspek yang dinilai:
Memperhatikan penjelasan guru
Mengerjakan LKS
Membahas LKS
Memperhatikan cerita yang dibacakan oleh guru dengan menggunakan media boneka jari
Melakukan tes menyimak untuk mengukur keterampilan menyimak
Menyimpulkan materi pembelajaran
Melakukan tanya jawab dengan guru
     Hasil observasi aktivitas siswa pada tabel di atas dianalisis dengan rumus sebagai berikut:
P = F/N X 100%
Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah skor yang akan diperoleh
N= Jumlah skor maksimal semua komponen yang diambil
P = 247,5/532  ×100%
= 46,5 %
     Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata seluruh aktivitas siswa adalah 46,5%. Ini menunjukkan aktivitas siswa pada pertemuan pertama berada pada kategori cukup. Hasil ini belum mencapai persentase yang diharapkan yaitu 80% dari seluruh aktivitas siswa.
       Hal ini disebabkan: (1) siswa kurang memperhatikan ketika diberi penjelasan oleh guru, sehingga siswa menemui kesulitan ketika mengerjakan LKS, (2) siswa kurang lancar ketika melakukan tes menyimak karena banyak siswa yang tidak menyimak cerita dengan baik, (3) siswa kurang dapat menyimpulkan materi, (4) siswa takut salah dalam menjawab pertanyaan guru sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam kegiatan tanya jawab.
Hasil Tes Menyimak
     Pada pertemuan pertama, guru (peneliti) memberikan tes menyimak untuk mengukur keterampilan menyimak siswa secara individu setelah mereka menyimak cerita yang dibacakan guru menggunakan boneka jari. Hasil tes menyimak menggunakan cerita “Persahabatan Gagak, Kijang, Musang dan Kura-Kura” dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Hasil Tes Menyimak Melalui Kegiatan Berbicara
 No Nama Siswa Aspek yang dinilai Total Nilai Ketera
Ngan
1 2 3 4
1. AADS 3 5 8 2 18 45 TT
2. APS 7 6 8 9 30 75 T
3. APN 8 8 6 7 29 72,5 T
4. BSN 8 6 6 8 28 70 T
5. DVA 6 6 6 6 24 60 TT
6. DA 6 6 7 7 26 65 T
7. DPA 6 3 5 7 21 52,5 TT
8. DA 5 6 7 2 20 50 TT
9. FA 8 6 7 5 26 65 T
10. MTW 9 6 7 7 29 72,5 T
11. MRA 5 9 6 6 26 65 T
12. NDO 8 7 7 7 29 72,5 T
13. SNR 6 6 5 7 24 60 TT
14. SVND 7 6 8 4 25 62,5 TT
15. S 7 6 9 8 30 75 T
16. VS 9 8 7 4 28 70 T
17. ZF 3 2 6 6 17 42,5 TT
JUMLAH 110 114 120 109 477 1192,5 T =10
 TT = 7
RATA-RATA 57,89 60 63,16 57,37 25,11 62,76
(Sumber Data: Data Lapangan 2016)
Keterangan:
T = Tuntas
TT = Tidak tuntas
      Dari tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata nilai tes menyimak siswa adalah 62,76, sedangkan ketuntasan nilai secara klasikal adalah 57,89 %. Sementara standar ketuntasan klasikalnya adalah 75% dengan nilai rata-rata tes menyimak seluruh siswa 75. Semua aspek yang dinilai pada tes menyimak masih dalam kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada pertemuan pertama ini belum mencapai ketuntasan klasikal.
Pertemuan Kedua
     Adapun kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan kedua adalah (a) kegiatan awal: guru memotivasi siswa dengan cara mengingatkan kembali materi pada pertemuan sebelumnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu menentukan amanat, alur cerita dan menceritakan kembali dengan bahasa sendiri, (b) kegiatan inti: guru menjelaskan cara menentukan amanat, alur cerita dan menceritakan kembali dengan bahasa sendiri, guru membagikan LKS kepada siswa, guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS, guru dan siswa membahas LKS, guru mendemonstrasikan sebuah teks cerita yang berjudul “Persahabatan Gagak, Kijang, Musang dan Kura-Kura” dengan menggunakan media boneka jari, guru memberikan evaluasi berupa tes berbicara untuk menilai keterampilan menyimak siswa, guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran, (c) kegiatan akhir: guru melakukan tanya jawab tentang materi yang diajarkan, guru memberikan tugas rumah kepada siswa.
     Data yang dikumpulkan dalam pertemuan ini ada tiga jenis yaitu data hasil observasi tentang aktivitas guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, data hasil tes menyimak dan data angket.
Data Aktivitas Guru dalam Kegiatan Pembelajaran
     Data aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Penilaian
I II Skor
Rata-rata
Kegiatan Awal (± 5 menit)
Guru memotivasi siswa dengan cara mengingatkan kembali materi pada pertemuan sebelumnya.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu menentukan amanat, alur cerita dan menceritakan kembali dengan bahasa sendiri (Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa)


3







2

3







3


3







2,5
Kegiatan Inti (± 55 menit)
Guru menjelaskan cara menentukan amanat, alur cerita dan menceritakan kembali dengan bahasa sendiri (Fase 2: Mendemonstrasikan pengetahuan)
Guru membagikan LKS kepada siswa.
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS. (Fase 3: Membimbing pelatihan)
Guru dan siswa membahas LKS
Guru mendemonstrasikan sebuah teks cerita yang berjudul “Persahabatan Gagak, Kijang, Musang dan Kura-Kura” menggunakan media boneka jari.
Guru memberikan evaluasi berupa tes berbicara untuk menilai keterampilan menyimak siswa (Fase 4: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik)
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran

3




4

2



3


2




2




3

2




3

2



2


4




3




2


2,5




3,5

2



2,5


3




2,5




2,5

Kegiatan Akhir (± 5 menit)
10. Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang diajarkan
11.Guru memberikan tugas rumah kepada siswa (Fase 5: Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjut dan penerapan)
2


3
2


2
2


2,5
Jumlah 29 28 29
Rata-rata 2,64 2,55 2,64
Persentase (%) 65,91 63,64 65,91
(Sumber Data: Data Lapangan, 2016)
Keterangan:
I : Pengamat 1
II : Pengamat 2
     Hasil observasi aktivitas guru pada tabel di atas dianalisis dengan rumus sebagai berikut:
    P = F/N X 100%
Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah skor yang akan diperoleh
N= Jumlah skor maksimal semua komponen yang diambil
P = 29/44  ×100%
= 65,91%
     Dalam pelaksanaan tindakan pada pertemuan kedua, terlihat bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran cukup baik. Kendala-kendala yang dihadapi guru antara lain: (1) guru (peneliti) kurang mampu membimbing siswa dalam mengerjakan LKS, (2) guru (peneliti) kurang mampu membantu siswa dalam menyimpulkan hasil pembelajaran, (3) guru (peneliti) kurang merangsang siswa untuk dapat aktif dalam melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari.
     Pada pertemuan kedua ini kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran mendapatkan persentase 65,91 %. Ini menunjukkan aktivitas guru pada pertemuan kedua berada pada kategori baik. Namun, hasil ini belum mencapai persentase yang diharapkan yaitu 80% dari seluruh aktivitas guru.

Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
     Hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
No Nama
Siswa Aspek yang dinilai
1 2` 3 4 5 6 7
I II I II I II I II I II I II I II
1. AADS 3 3 3 3 1 3 2 2 4 3 2 4 3 2
2. APS 3 3 2 3 3 2 2 4 3 3 1 4 2 2
3. APN 2 2 3 2 1 2 3 2 3 4 2 3 2 4
4. BSN 3 4 3 2 1 4 2 2 4 3 2 2 1 4
5. DVA 3 2 2 3 4 3 2 2 4 2 3 2 1 2
6. DA 3 3 2 2 2 2 4 2 2 2 3 2 3 2
7. DPA 3 3 1 2 1 3 3 1 4 3 2 2 3 3
8. DA 3 4 2 2 2 3 3 3 1 3 1 3 4 3
9. FA 1 3 3 3 3 4 1 3 2 3 3 3 4 2
10. MTW 2 4 2 4 3 3 4 2 3 3 4 2 2 4
11. MRA 3 3 3 3 4 2 3 3 2 2 4 3 3 3
12. NDO 2 3 3 2 4 2 3 3 2 3 3 3 3 2
13. SNR 1 3 4 3 3 3 3 2 1 3 4 1 1 4
14. SVND 3 3 4 3 2 3 3 3 1 2 1 3 2 3
15. S 3 3 3 4 4 3 4 3 3 2 4 3 3 2
16. VS 1 4 3 3 2 3 4 2 2 3 4 2 3 3
17. ZF 4 1 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3
Jumlah 49 55 52 52 49 54 57 48 49 54 50 49 48 54
Rata-rata 52 52 51,5 52,5 51,5 49,5 51
Persentase (%) 68,4 68,4 67,8 69,1 67,8 65,1 67,1
(Sumber Data: Data Lapangan, 2016)  
Keterangan:
I : Pengamat 1
II : Pengamat 2
Aspek yang dinilai:
Memperhatikan penjelasan guru
Mengerjakan LKS
Membahas LKS
Memperhatikan cerita yang dibacakan oleh guru dengan menggunakan media boneka jari
Melakukan tes menyimak untuk mengukur keterampilan menyimak
Menyimpulkan materi pembelajaran
Melakukan tanya jawab dengan guru
     Hasil observasi aktivitas siswa pada tabel di atas dianalisis dengan rumus sebagai berikut:
P = F/N X 100%
Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah skor yang akan diperoleh
N= Jumlah skor maksimal semua komponen yang diambil

P = 360/532  ×100%
= 67,67%
     Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata seluruh aktivitas siswa adalah 67,67%. Ini menunjukkan aktivitas siswa pada pertemuan kedua berada pada kategori baik. Namun, hasil ini belum mencapai persentase yang diharapkan yaitu 80% dari seluruh aktivitas siswa. Hal ini disebabkan: (1) beberapa siswa kurang memperhatikan ketika cerita dibacakan oleh guru, sehingga mereka kurang lancar saat melakukan tes menyimak, (2) siswa kurang dapat menyimpulkan materi pembelajaran dengan runtut dan lengkap, (3) beberapa siswa kurang aktif dalam kegiatan tanya jawab.
Hasil Tes Menyimak
     Pada pertemuan kedua, guru (peneliti) memberikan tes menyimak  secara individu setelah mereka menyimak cerita yang dibacakan guru menggunakan boneka jari. Hasil tes menyimak menggunakan cerita “Persahabatan Gagak, Kijang, Musang dan Kura-Kura” dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Hasil Tes Menyimak melalui Kegiatan Berbicara
No Nama Siswa Aspek yang dinilai Total Nilai Ketera
ngan
1 2 3 4
1. AADS 6 5 8 5 24 60 TT
2. APS 6 6 7 5 24 60 TT
3. APN 8 8 8 8 32 80 T
4. BSN 8 7 7 8 30 75 T
5. DVA 7 5 7 7 26 65 T
6. DA 6 4 6 4 20 65 TT
7. DPA 8 5 6 9 28 70 T
8. DA 6 7 5 9 27 67,5 T
9. FA 7 8 7 6 28 70 T
10. MTW 8 8 7 8 31 77,5 T
11. MRA 6 9 8 5 28 70 T
12. NDO 9 6 8 9 32 80 T
13. SNR 7 8 7 6 28 70 T
14. SVND 5 8 6 6 25 62,5 TT
15. S 8 6 7 9 30 75 T
16. VS 8 9 6 6 29 72,5 T
17. ZF 8 7 6 7 28 70 T
JUMLAH 137 125 129 130 521 1317,5 T =14
 TT = 5
RATA-RATA 7,21 6,58 6,79 6,84 27,42 69,34
 (Sumber Data: Data lapangan 2016)
Keterangan:
T = Tuntas
TT = Tidak tuntas
      Dari tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata nilai tes menyimak siswa adalah 69,34. Sedangkan ketuntasan nilai secara klasikal adalah 73,68%. Sementara standar ketuntasan klasikalnya adalah 75% dengan nilai rata-rata tes menyimak seluruh siswa 75. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada pertemuan kedua ini belum mencapai ketuntasan klasikal.
Hasil Angket
     Angket atau respon siswa terhadap pembelajaran ini diberikan pada akhir siklus I dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa setelah mengikuti pembelajaran menyimak cerita menggunakan boneka jari. Respon data siswa pada akhir siklus I tersaji dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.7 Persentase Angket Siswa
No Instrumen Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah kamu merasa bosan dengan pembelajaran cerita yang hanya dibacakan oleh guru tanpa menggunakan media? 89,47% 10,53%
2. Apakah kamu sulit memahami isi cerita yang hanya dibacakan oleh guru tanpa menggunakan media? 78,95% 21,05%
3. Apakah kamu sering mendapatkan nilai ≤ 65 dalam pembelajaran menyimak cerita? 73,68% 26,32%
4. Apakah kamu menyukai pembelajaran menyimak cerita dengan menggunakan media boneka jari? 89,47%
10,53%

5. Apakah kamu mudah memahami isi cerita dengan menggunakan media boneka jari? 73,68% 26,32%
6. Apakah nilai kamu sekarang dapat mencapai > 65 dalam pembelajaran menyimak cerita? 57,89% 42,11%
            (Sumber Data: Data lapangan 2016)
     Angket siswa pada tabel di atas dianalisis dengan rumus sebagai berikut:
P = F/N X 100%
Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah skor yang akan diperoleh
N= Jumlah skor maksimal semua komponen yang diambil
     Berdasarkan analisis angket dapat diketahui bahwa 89,47% siswa menyukai pembelajaran menyimak cerita menggunakan boneka jari karena pembelajaran menyimak ini tidak membosankan, menyenangkan dan siswa merasa terhibur. Namun, 10,53% siswa yang lain merasa pembelajaran tersebut kurang menyenangkan karena suara guru yang kurang keras pada saat bercerita. 73,68% siswa merasa boneka jari ini memudahkan mereka dalam memahami isi cerita. 57,89% siswa juga mendapatkan nilai > 65 dalam pembelajaran menyimak cerita setelah menggunakan boneka jari. Hasil angket siswa pada siklus I ini cukup baik, namun hasil ini belum mencapai persentase yang telah ditetapkan yaitu 80%.
Refleksi
      Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh guru kelas dan teman sejawat terhadap siswa maupun guru, serta hasil tes yang ditunjukkan pada siklus I, ada beberapa hal yang perlu direfleksikan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II antara lain:
Aktivitas Guru
      Aktivitas guru pada siklus I mencapai 57,96%, belum mencapai persentase keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%. Saat pembelajaran berlangsung, guru mengalami kesulitan dalam membimbing siswa mengerjakan LKS karena banyak siswa yang bingung dengan soal dalam LKS, guru juga mengalami kesulitan dalam mendemonstrasikan sebuah teks cerita menggunakan media boneka jari karena suara guru yang kurang keras. Saat menjelaskan materi guru juga kurang menguasai materi tersebut, sehingga siswa kurang dapat aktif dalam melakukan tanya jawab tentang materi. Pada akhir pembelajaran, guru kurang mampu membantu siswa dalam menyimpulkan hasil pembelajaran.
Aktivitas Siswa
      Aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus I mencapai 57,09%, belum mencapai persentase keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%. Saat pembelajaran berlangsung, siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, sehingga siswa menemui kesulitan ketika mengerjakan LKS, siswa juga kurang lancar ketika melakukan tes menyimak karena banyak siswa yang tidak menyimak cerita dengan baik. Begitu pula pada saat kegiatan tanya jawab, siswa takut salah dalam menjawab pertanyaan guru sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran. Pada akhir pembelajaran, siswa kurang dapat menyimpulkan materi.
Hasil Tes Menyimak
      Rata-rata tes menyimak siswa pada siklus I sebesar 66,05, sedangkan ketuntasan klasikalnya mencapai 65,79%. Hal ini menunjukkan bahwa siklus I belum mencapai standar ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu siswa yang mendapatkan nilai tes menyimak lebih dari atau sama dengan 65 mencapai 75% dan rata-rata hasil belajar klasikal seluruh siswa mencapai 75.
Hasil Angket
      Respon siswa yang menyukai pembelajaran menyimak cerita menggunakan media boneka jari sebesar 89,47%. Namun, 10,53% siswa yang lain merasa pembelajaran tersebut kurang menyenangkan karena suara guru yang kurang keras pada saat bercerita. 73,68% siswa merasa boneka jari ini memudahkan mereka dalam memahami isi cerita. 57,89% siswa juga mendapatkan nilai > 65 dalam pembelajaran menyimak cerita setelah menggunakan boneka jari. Hasil angket siswa pada siklus I ini cukup baik, namun hasil ini belum mencapai persentase yang telah ditetapkan yaitu 80%.
Permasalahan yang muncul dalam siklus 1 serta solusi permasalahan
       Pada saat pembelajaran menyimak menggunakan media boneka jari, guru dan siswa mengalami beberapa kendala antara lain:
Guru kurang mampu membimbing siswa dalam mengerjakan LKS
Guru kurang mampu membantu siswa dalam menyimpulkan hasil pembelajaran
Guru kurang merangsang siswa untuk dapat aktif dalam melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
Siswa kurang memperhatikan ketika cerita dibacakan oleh guru
Siswa kurang lancar dalam melakukan tes berbicara
Cara Mengatasi Kendala-kendala yang Muncul Dalam Pembelajaran Menyimak Menggunakan Media Boneka jari
      Peneliti melakukan beberapa cara untuk mengatasi kendala-kendala di atas, antara lain:
Guru memberikan penjelasan kepada siswa sebelum mengerjakan LKS agar siswa tidak bingung ketika mengerjakan LKS sehingga guru tidak perlu membimbing siswa satu per satu.
Guru membantu siswa dalam menyimpulkan hasil pembelajaran melalui proses tanya jawab
Guru merangsang siswa untuk dapat aktif dalam melakukan tanya jawab dengan cara meyakinkan mereka untuk tidak takut salah dalam menjawab pertanyaan
Guru bercerita dengan lebih baik agar siswa tertarik untuk lebih memperhatikan cerita tersebut
Guru melatih siswa melakukan kegiatan berbicara agar siswa lancar dalam tes berbicara untuk mengukur keterampilan menyimak siswa
      Peneliti merefleksikan beberapa hal yang kurang pada siklus I dan harus diperbaiki pada siklus berikutnya, antara lain:
Guru harus membimbing setiap kegiatan yang dilakukan siswa agar siswa dapat fokus dalam pembelajaran, misalnya saat mengerjakan LKS siswa tidak melakukan aktifitasnya sendiri.
Guru masih kurang dalam mendemonstrasikan cerita menggunakan boneka jari, sehingga guru harus mendemonstrasikan cerita dengan lebih baik misalnya mengeraskan suara dan menunjukkan ekspresi wajah sesuai cerita yang diperagakan agar siswa lebih tertarik dalam menyimak cerita.
Guru harus memberikan bimbingan dan motivasi agar siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran menyimak menggunakan boneka jari.
Guru harus membantu siswa dalam menyimpulkan hasil pembelajaran.
Hasil Penelitian Siklus II
Perencanaan
     Sebagaimana pada siklus I, peneliti melakukan kegiatan menyusun rencana pembelajaran, lembar observasi dan angket  yang akan digunakan dalam proses pembelajaran menyimak menggunakan boneka jari sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) kelas V sekolah dasar untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah: (1) penetapan waktu dan jumlah pertemuan, (2) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, materi, indikator, tujuan pembelajaran, alat dan sumber, dan evaluasi, (3) menyusun instrumen penelitian, (4) media pembelajaran. Pada tahap ini, peneliti melakukan persiapan untuk melaksanakan proses pembelajaran pada siklus II, yaitu:
Penetapan Waktu dan Jumlah Pertemuan
Pembelajaran pada siklus II direncanakan terdiri atas dua kali pertemuan dan alokasi waktu masing-masing 2 x 35 menit. Pertemuan I dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Oktober 2016 pukul 11.20-12.30 WIB. Sedangkan pertemuan II rencananya dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 Oktober 2016 pukul 07.15-08.25 WIB
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Standar Kompetensi
Mendengarkan
Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan
Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat)
Materi Pokok
Materi pembelajarannya yaitu cerita anak yang berjudul “Persahabatan Monyet, Gajah, Singa dan Sapi”
Indikator
Kognitif
Menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita.
Mendeskripsikan sifat-sifat tokoh dalam cerita.
Menentukan latar cerita.
Menentukan tema cerita.
Menentukan amanat yang terkandung dalam cerita.
Menentukan alur cerita.
Psikomotor
Menceritakan kembali dengan bahasa sendiri.
Afektif
Perilaku berkarakter
Bertanya kepada guru dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Keterampilan Sosial
Menghargai jawaban teman lain yang berbeda.
Tujuan Pembelajarannya:
Kognitif
Tanpa membuka catatan, siswa dapat menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita dengan lisan.
Tanpa membuka catatan, siswa dapat mendeskripsikan sifat-sifat tokoh dalam cerita dengan lisan.
Setelah menyimak cerita dari guru, siswa dapat menentukan latar cerita dengan lisan.
Setelah menyimak cerita dari guru, siswa dapat menentukan tema cerita dengan lisan.
Setelah menyimak cerita dari guru, siswa dapat menentukan amanat yang terkandung dalam cerita dengan lisan.
Setelah menyimak cerita dari guru, siswa dapat menentukan latar cerita dengan lisan.
Psikomotor
Setelah menyimak cerita dari guru, siswa dapat menceritakan kembali dengan bahasa sendiri.
Afektif
Perilaku Berkarakter
Melalui proses pembelajaran, siswa dapat bertanya kepada guru dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Dengan diberikan tugas oleh guru, siswa dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Keterampilan Sosial
Terlibat dalam KBM, siswa dapat menghargai jawaban teman lain yang berbeda.
Alat dan Sumber
Alat berupa lembar kerja siswa dan soal tes menyimak
Sumber
Silabus
Buku Siswa
Murni dan Ambar. 2007. Bahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas V. Hal: 64-67. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Suyatno, dkk. 2008. Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal: 128-133. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Umri dan Indriyani. 2008. Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Kelas V. Hal: 57. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Warsidi dan Farika. 2008. Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas. Hal: 40-42. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Lembar Penilaian
Evaluasi
      Evaluasi pembelajaran berupa penilaian hasil tes berbicara untuk mengukur keterampilan menyimak cerita siswa. Penilaian ini dilakukan pada saat akhir setiap pertemuan.
Menyusun Instrumen Penelitian
Tes menyimak, dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan
Observasi terhadap aktivitas guru dan siswa, dilaksanakan pada setiap pertemuan
Angket, diberikan pada setiap akhir siklus
Media pembelajaran
      Media yang digunakan berupa boneka jari hewan. Media ini menggambarkan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut.
Pelaksanaan dan Pengamatan
     Pada tahap ini, penelitian dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Selain itu, dilakukan pula pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran menyimak menggunakan boneka jari. Dalam penelitian ini, kegiatan pengamatan dilakukan oleh dua orang pengamat yaitu guru bidang studi bahasa Indonesia kelas V sebagai pengamat I, seorang teman sejawat sebagai pengamat II. Keduanya mengamati aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.
Pertemuan Pertama
     Adapun kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan pertama adalah (a) kegiatan awal: guru memotivasi siswa dengan bertanya jawab dengan siswa tentang materi sebelumnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu menyebutkan tokoh-tokoh dan sifat-sifatnya, latar serta tema dalam cerita, (b) kegiatan inti: guru menjelaskan cara menentukan tokoh-tokoh dan sifat-sifatnya, latar serta tema dalam cerita  tersebut, guru membagikan LKS kepada siswa, guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS, guru dan siswa membahas LKS, guru mendemonstrasikan sebuah teks cerita yang berjudul “Pedagang yang Tidak Jujur” dengan menggunakan media boneka jari, guru memberikan evaluasi untuk menilai keterampilan menyimak siswa dengan tes menyimak, guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran, (c) kegiatan akhir: guru melakukan tanya jawab tentang materi yang diajarkan, guru memberikan tugas rumah kepada siswa.
     Data yang dikumpulkan dalam pertemuan ini ada dua jenis yaitu data hasil observasi tentang aktivitas guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan data hasil tes menyimak.
Data Aktivitas Guru dalam Kegiatan Pembelajaran
     Data aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8 Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Penilaian
I II Skor
Rata-rata
Kegiatan Awal (± 5 menit)
Guru memotivasi siswa dengan cara mengingatkan kembali materi pada pertemuan sebelumnya.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu menentukan amanat, alur cerita dan menceritakan kembali dengan bahasa sendiri (Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa)

3







3

3







3


3







3
Kegiatan Inti (± 55 menit)
Guru menjelaskan cara menentukan amanat, alur cerita dan menceritakan kembali dengan bahasa sendiri (Fase 2: Mendemonstrasikan pengetahuan)
Guru membagikan LKS kepada siswa.
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS. (Fase 3: Membimbing pelatihan)
Guru dan siswa membahas LKS
Guru mendemonstrasikan sebuah teks cerita yang berjudul “Persahabatan Gagak, Kijang, Musang dan Kura-Kura” menggunakan media boneka jari.
Guru memberikan evaluasi berupa tes berbicara secara berkelompok untuk menilai keterampilan menyimak siswa (Fase 4: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik)
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran

2




4

3



3


3



4





3

3




4

3



3


3



3





2


2,5




4

3



3


3



3,5





2,5

Kegiatan Akhir (± 5 menit)
10. Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang diajarkan
11.Guru memberikan tugas rumah kepada siswa (Fase 5: Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjut dan penerapan)
2


4
4


4
3


4
Jumlah 34 39 34,5
Rata-rata 3,09 3,27 3,23
Persentase (%) 77,27 81,82 78,41
(Sumber Data: Data Lapangan, 2016)
Keterangan:
I : Pengamat 1
II : Pengamat 2
     Hasil observasi aktivitas guru pada tabel di atas dianalisis dengan rumus sebagai berikut:
    P =  F/N X 100%
Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah skor yang akan diperoleh
N= Jumlah skor maksimal semua komponen yang diambil
P = 34,5/44  ×100%
= 78,41%
     Dalam pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama siklus II, rata rata kemampuan guru mencapai 78,41%. Hasil ini belum mencapai persentase yang diharapkan yaitu 80% dari seluruh aktivitas guru. Hampir semua aktivitas guru pada pertemuan pertama ini berada pada kategori baik. Hanya ada dua aktivitas guru yang masih kurang, yaitu dalam menjelaskan materi dan menyimpulkan pembelajaran.
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
     Hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan pertama yang dilaksanakan selama 2 jam pelajaran dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9 Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
No Nama
Siswa Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5 6 7
P I P II P I P II P I P II P I P II P I P II P I P II P I P II
1. AADS 3 3 3 4 4 3 2 4 4 3 2 4 3 4
2. APS 3 3 4 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 4
3. APN 4 3 3 4 3 2 3 4 3 4 2 3 4 4
4. BSN 3 3 3 4 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4
5. DVA 4 3 3 3 4 4 2 3 4 3 3 4 3 2
6. DA 3 3 3 4 2 2 4 2 4 3 3 3 3 3
7. DPA 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3
8. DA 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 4 3 4 3
9. FA 4 3 3 3 4 4 2 3 2 3 3 3 4 3
10. MTW 2 4 2 4 3 4 4 2 3 3 4 2 2 4
11. MRA 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 4 3
12. NDO 2 3 3 4 4 2 3 3 2 4 3 3 3 3
13. SNR 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 4
14. SVND 3 3 4 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3
15. S 3 3 3 4 4 4 4 3 3 2 4 3 4 4
16. VS 3 4 3 4 4 3 4 4 2 3 4 2 3 3
17. ZF 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3
Jumlah 60 58 60 65 60 58 58 59 60 61 59 60 63 64
Rata-rata 59 62,5 59 58,5 60,5 59,5 63,5
Persentase (%) 77,63 82,24 77,63 76,97 79,61 78,29 83,55
(Sumber Data: Data Lapangan, 2016)  
Keterangan:
I : Pengamat 1
II : Pengamat 2
Aspek yang dinilai:
Memperhatikan penjelasan guru
Mengerjakan LKS
Membahas LKS
Memperhatikan cerita yang dibacakan oleh guru dengan menggunakan media boneka jari
Melakukan tes menyimak untuk mengukur keterampilan menyimak
Menyimpulkan materi pembelajaran
Melakukan tanya jawab dengan guru
     Hasil observasi aktivitas siswa pada tabel di atas dianalisis dengan rumus sebagai berikut:
P = F/N X 100%
Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah skor yang akan diperoleh
N= Jumlah skor maksimal semua komponen yang diambil

P = 422,5/532  ×100%
= 79,42 %
     Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata seluruh aktivitas siswa adalah 79,42%. Ini menunjukkan aktivitas siswa pada pertemuan pertama siklus II berada pada kategori baik. Namun, hasil ini belum mencapai persentase yang diharapkan yaitu 80% dari seluruh aktivitas siswa. Hal ini disebabkan masih ada beberapa siswa yang mengganggu teman lain ketika guru menyampaikan informasi dan mendemonstrasikan cerita menggunakan media boneka jari.
Hasil Tes Menyimak
     Pada pertemuan pertama siklus II ini, guru (peneliti) memberikan tes menyimak secara individu setelah mereka menyimak cerita yang dibacakan guru menggunakan boneka jari. Hasil tes menyimak menggunakan cerita “Pedagang yang Tidak Jujur” dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10 Hasil Tes Menyimak Melalui Kegiatan Berbicara
 No Nama Siswa Aspek yang dinilai Total Nilai Ketera
ngan
1 2 3 4
1. AADS 9 8 8 7 32 80 T
2. APS 8 5 6 6 25 62,5 TT
3. APN 10 10 10 10 40 100 T
4. BSN 8 9 9 9 35 87,5 T
5. DVA 7 8 9 8 32 80 T
6. DA 8 7 8 9 32 80 T
7. DPA 10 10 10 10 40 100 T
8. DA 5 8 7 8 28 70 T
9. FA 10 10 10 10 40 100 T
10. MTW 10 10 10 10 40 100 T
11. MRA 10 10 10 10 40 100 T
12. NDO 9 10 7 8 34 85 T
13. SNR 8 10 9 9 36 90 T
14. SVND 5 8 6 6 25 62,5 TT
15. S 9 8 8 10 35 87,5 T
16. VS 8 9 8 7 32 80 T
17. ZF 9 9 7 7 32 80 T
JUMLAH 159 167 159 160 645 1612,5 T  =16
TT=1
RATA-RATA 8,37 8,79 8,37 8,42 33,95 84,87
(Sumber Data: Data Lapangan 2016)

Keterangan:
T = Tuntas
TT = Tidak tuntas
      Dari tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata nilai tes menyimak siswa adalah 84,87, sedangkan ketuntasan nilai secara klasikal adalah 89,47%. Hasil ini telah memenuhi standar ketuntasan klasikal yaitu 75% dengan nilai rata-rata tes menyimak seluruh siswa 75. Semua aspek yang dinilai pada tes menyimak dalam kategori baik.
Pertemuan Kedua
     Adapun kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan kedua adalah (a) kegiatan awal: guru memotivasi siswa dengan cara mengingatkan kembali materi pada pertemuan sebelumnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu menentukan amanat, alur cerita dan menceritakan kembali dengan bahasa sendiri, (b) kegiatan inti: guru menjelaskan cara menentukan amanat, alur cerita dan menceritakan kembali dengan bahasa sendiri, guru membagikan LKS kepada siswa, guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS, guru dan siswa membahas LKS, guru mendemonstrasikan sebuah teks cerita yang berjudul “Pedagang yang Tidak Jujur” dengan menggunakan media boneka jari, guru memberikan evaluasi untuk menilai keterampilan menyimak siswa dengan tes menyimak, guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran, (c) kegiatan akhir: guru melakukan tanya jawab tentang materi yang diajarkan, guru memberikan tugas rumah kepada siswa.
     Data yang dikumpulkan dalam pertemuan ini ada tiga jenis yaitu data hasil observasi tentang aktivitas guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, data hasil tes menyimak dan data angket.
Data Aktivitas Guru dalam Kegiatan Pembelajaran
     Data aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini.


Tabel 4.11 Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Penilaian
I II Skor
Rata-rata
 Kegiatan Awal (± 5 menit)
Guru memotivasi siswa dengan bertanya jawab dengan siswa tentang materi sebelumnya.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu menyebutkan tokoh-tokoh dan sifat-sifatnya, latar serta tema dalam cerita (Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa)

4







4

4







3


4







3,5
Kegiatan Inti (± 55 menit)
Guru menjelaskan cara menentukan tokoh-tokoh dan sifat-sifatnya, latar serta tema dalam cerita. (Fase 2: Mendemonstrasikan pengetahuan)
Guru membagikan LKS kepada siswa.
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS. (Fase 3: Membimbing pelatihan)
Guru dan siswa membahas LKS
Guru mendemonstrasikan sebuah teks cerita yang berjudul “Pedagang yang Tidak Jujur” menggunakan media boneka jari.
Guru memberikan evaluasi untuk menilai keterampilan menyimak siswa dengan tes menyimak (Fase 4: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik)
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran

3




4

3



3


4



4





3

3




4

4



3


4



4





3


3




4

3,5



3


4



4





3

Kegiatan Akhir (± 5 menit)
10. Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang diajarkan
11.Guru memberikan tugas rumah kepada siswa (Fase 5: Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjut dan penerapan)
3


4
4


4
3,5


4
Jumlah 39 40 39,5
Rata-rata 3,27 3,64 3,59
Persentase (%) 77,27 90,91 89,77
(Sumber Data: Data Lapangan, 2016)
Keterangan:
I : Pengamat 1
II : Pengamat 2
     Hasil observasi aktivitas guru pada tabel di atas dianalisis dengan rumus sebagai berikut:
    P = F/N X 100%
Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah skor yang akan diperoleh
N= Jumlah skor maksimal semua komponen yang diambil
P = 39,5/44  ×100%
= 89,77%
     Dari tabel 4.13 aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung mencapai 89,77%. Hasil ini sudah mencapai persentase yang diharapkan, yaitu 80% dari seluruh aktivitas guru, karena pada pembelajaran ini guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan dan memperhatikan refleksi pada siklus I. Semua aktivitas guru mendapat skor dengan kriteria baik dan baik sekali.
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
     Hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan kedua yang dilaksanakan selama 2 jam pelajaran dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini.

Tabel 4.12 Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
No Nama
Siswa Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5 6 7
I II I II I II I II I II I II I II
1. AADS 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4
2. APS 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4
3. APN 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4
4. BSN 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4
5. DVA 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3
6. DA 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3
7. DPA 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3
8. DA 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3
9. FA 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3
10. MTW 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 2 4
11. MRA 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3
12. NDO 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3
13. SNR 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4
14. SVND 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3
15. S 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4
16. VS 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3
17. ZF 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3
Jumlah 66 68 70 66 70 70 69 59 70 72 63 69 63 65
Rata-rata 67 68 70 64 71 66 64
Persentase (%) 88,16 89,47 92,11 84,21 93,42 86,84 84,21
(Sumber Data: Data Lapangan, 2016)  
Keterangan:
I : Pengamat 1
II : Pengamat 2
Aspek yang dinilai:
Memperhatikan penjelasan guru
Mengerjakan LKS
Membahas LKS
Memperhatikan cerita yang dibacakan oleh guru dengan menggunakan media boneka jari
Melakukan tes menyimak untuk mengukur keterampilan menyimak
Menyimpulkan materi pembelajaran
Melakukan tanya jawab dengan guru
     Hasil observasi aktivitas siswa pada tabel di atas dianalisis dengan rumus sebagai berikut:
P = F/N X 100%
Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah skor yang akan diperoleh
N= Jumlah skor maksimal semua komponen yang diambil
P = 470/532  ×100%
= 88,35%

     Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata seluruh aktivitas siswa adalah 88,35%. Ini menunjukkan aktivitas siswa pada pertemuan kedua siklus II berada pada kategori baik. Hasil ini sudah mencapai persentase yang diharapkan yaitu 80% dari seluruh aktivitas siswa. Dari tujuh aspek yang diamati tidak ada aspek yang mendapat penilaian satu atau dua. Untuk siklus II persentase aktivitas siswa meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa siswa semakin terbiasa dengan pembelajaran menyimak cerita dengan menggunakan media boneka jari yang telah diterapkan.
Hasil Tes Menyimak
     Pada pertemuan kedua siklus II, guru (peneliti) memberikan tes menyimak  secara individu setelah mereka menyimak cerita yang dibacakan guru menggunakan boneka jari. Hasil tes menyimak menggunakan cerita “Pedagang yang Tidak Jujur” dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini.
Tabel 4.13 Hasil Tes Menyimak Melalui Kegiatan Berbicara
No Nama Siswa Aspek yang dinilai Total Nilai Ketera
ngan
1 2 3 4
1. AADS 9 9 8 8 34 85 T
2. APS 8 8 8 8 32 80 T
3. APN 10 10 10 10 40 100 T
4. BSN 10 10 10 10 40 100 T
5. DVA 8 7 8 9 32 80 T
6. DA 8 9 10 10 37 92,5 T
7. DPA 10 10 10 10 40 100 T
8. DA 8 8 7 9 32 80 T
9. FA 10 10 10 10 40 100 T
10. MTW 10 10 10 10 40 100 T
11. MRA 10 10 10 10 40 100 T
12. NDO 9 10 8 8 35 87,5 T
13. SNR 10 10 9 9 38 95 T
14. SVND 8 7 7 8 30 75 T
15. S 10 7 9 9 35 87,5 T
16. VS 8 9 8 7 32 80 T
17. ZF 9 8 10 8 35 87,5 T
JUMLAH 171 170 170 159 169 1700 T = 17
TT = 0
RATA-RATA 9 8,95 8,95 8,37 8,89 89,47
 (Sumber Data: Data lapangan 2016)
Keterangan:
T = Tuntas
TT = Tidak tuntas
      Dari tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata nilai tes menyimak siswa adalah 89,47, sedangkan ketuntasan nilai secara klasikal adalah 100%. Sementara standar ketuntasan klasikalnya adalah 75% dengan nilai rata-rata tes menyimak seluruh siswa 75. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada pertemuan kedua siklus II ini sudah mencapai ketuntasan klasikal.

Hasil Angket
     Angket atau respon siswa terhadap pembelajaran ini diberikan pada akhir siklus II dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa setelah mengikuti pembelajaran menyimak cerita menggunakan boneka jari. Respon data siswa pada akhir siklus II tersaji dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.14 Persentase Angket Siswa
No Instrumen Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah kamu merasa bosan dengan pembelajaran cerita yang hanya dibacakan oleh guru tanpa menggunakan media? 89,47% 10,53%
2. Apakah kamu sulit memahami isi cerita yang hanya dibacakan oleh guru tanpa menggunakan media? 89,47% 10,53%
3. Apakah kamu sering mendapatkan nilai ≤ 65 dalam pembelajaran menyimak cerita? 73,68% 26,32%
4. Apakah kamu menyukai pembelajaran menyimak cerita dengan menggunakan media boneka jari? 100%
0%

5. Apakah kamu mudah memahami isi cerita dengan menggunakan media boneka jari? 94,74% 0,05%
6. Apakah nilai kamu sekarang dapat mencapai > 65 dalam pembelajaran menyimak cerita? 100% 0%
            (Sumber Data: Data lapangan 2016)
     Angket siswa pada tabel di atas dianalisis dengan rumus sebagai berikut:
P = F/N X 100%
Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah skor yang akan diperoleh
N= Jumlah skor maksimal semua komponen yang diambil
     Berdasarkan analisis angket dapat diketahui bahwa 100%  atau 19 siswa menyukai pembelajaran menyimak cerita menggunakan boneka jari. 18 siswa atau 19,74% siswa merasa boneka jari ini memudahkan mereka dalam memahami isi cerita. 19 siswa atau 100% siswa juga mendapatkan nilai > 65 dalam pembelajaran menyimak cerita setelah menggunakan boneka jari. Hasil angket siswa pada siklus II ini sangat baik. Hasil ini sudah mencapai persentase yang telah ditetapkan yaitu 80%.
Refleksi
     Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh guru kelas dan teman sejawat terhadap siswa maupun guru, serta hasil tes yang ditunjukkan pada siklus II, diperoleh refeleksi sebagai berikut:

Aktivitas Guru
     Aktivitas guru pada siklus II mencapai 84,09%, hasil ini sudah mencapai persentase keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%. Semua aktivitas guru sudah mencapai skor dengan kriteria baik, karena pada pembelajaran ini guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan dan memperhatikan refleksi pada siklus I.
Aktivitas Siswa
     Aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus II mencapai 83,89%, hasil ini sudah mencapai persentase keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%. Dalam pembelajaran ini semua siswa sudah memperhatikan penjelasan dari guru, menyimak cerita yang dibacakan guru menggunakan boneka jari, melakukan tes menyimak dan mampu membuat kesimpulan dengan baik.
Hasil Tes menyimak
     Rata-rata tes menyimak siswa pada siklus II sebesar 87,17, sedangkan ketuntasan klasikalnya mencapai 94,74%. Hal ini menunjukkan bahwa siklus II sudah mencapai standar ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu siswa yang mendapatkan nilai tes menyimak lebih dari atau sama dengan 65 mencapai 75% dan rata-rata hasil belajar klasikal seluruh siswa mencapai 75.
Hasil Angket
     Respon siswa yang menyukai pembelajaran menyimak cerita menggunakan media boneka jari sebesar 100% atau 17 siswa. 16 siswa atau 94,12% siswa merasa boneka jari ini memudahkan mereka dalam memahami isi cerita dan  1 siswa atau 5,88% siswa merasa boneka jari ini tidak memudahkannya dalam memahami isi cerita. 19 siswa atau 100% siswa juga mendapatkan nilai > 65 dalam pembelajaran menyimak cerita setelah menggunakan boneka jari. Hasil angket siswa pada siklus II ini sangat baik. Hasil ini sudah mencapai persentase yang telah ditetapkan yaitu 80%.

Pembahasan
     Dalam pembahasan ini akan dipaparkan sejauh mana perkembangan aktivitas guru, aktivitas siswa, respon siswa terhadap pembelajaran menyimak menggunakan media boneka jari dan hasil tes menyimak untuk mengukur kemamapuan menyimak cerita siswa menggunakan media boneka jari.
Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran
      Hasil observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran menyimak menggunakan media boneka jari pada siklus I, secara keseluruhan memperoleh persentase 57,96% dengan kriteria cukup. Hasil ini belum mencapai  persentase yang diharapkan yaitu 80% dari seluruh aktivitas guru. Guru masih kurang dalam membimbing siswa mengerjakan LKS, sehingga banyak siswa yang bingung dengan soal dalam LKS. Guru juga masih kurang dalam mendemonstrasikan teks cerita menggunakan media boneka jari karena suara guru yang kurang keras. Aktivitas guru dalam merangsang siswa untuk dapat aktif dalam melakukan tanya jawab tentang materi dan menyimpulkan pembelajaran juga perlu ditingkatkan.
      Hasil aktivitas guru pada siklus II mencapai 84,09%, hasil ini sudah mencapai persentase keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%. Dengan melakukan perbaikan, aktivitas guru pada siklus II ini mengalami peningkatan dan mencapai skor dengan kriteria baik. Peningkatan aktivitas guru dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa guru telah melakukan perbaikan dari siklus I yakni dalam membimbing siswa mengerjakan LKS, mendemonstrasikan teks cerita menggunakan media boneka jari, merangsang siswa untuk dapat aktif dalam melakukan tanya jawab tentang materi dan menyimpulkan pembelajaran.
Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
      Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran menyimak menggunakan media boneka jari mencapai persentase 57,09% dengan kriteria cukup. Hasil ini belum mencapai persentase keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%. Rata – rata aktivitas siswa pada siklus I cukup baik, saat pembelajaran siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, sehingga siswa menemui kesulitan ketika mengerjakan LKS, siswa juga kurang lancar ketika melakukan tes menyimak karena banyak siswa yang tidak menyimak cerita dengan baik. Begitu pula pada saat kegiatan tanya jawab, siswa takut salah dalam menjawab pertanyaan guru sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran. Pada akhir pembelajaran, siswa kurang dapat menyimpulkan materi. Jadi hal-hal tersebut perlu diperbaiki pada siklus selanjutnya.
      Hasil aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus II mencapai 83,89%, hasil ini sudah mencapai persentase keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%. Setelah melakukan perbaikan pada proses pembelajaran, aktivitas siswa meningkat dibandingkan pasa siklus I. Hai ini menunjukkan bahwa semua siswa sudah memperhatikan penjelasan dari guru, menyimak cerita yang dibacakan guru menggunakan boneka jari, melakukan tes menyimak dan mampu membuat kesimpulan dengan baik.

Hasil Tes menyimak
      Rata-rata tes menyimak siswa pada siklus I sebesar 66,05, sedangkan ketuntasan klasikalnya mencapai 65,79%. Hal ini menunjukkan bahwa siklus I belum mencapai standar ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu siswa yang mendapatkan nilai tes menyimak lebih dari atau sama dengan 65 mencapai 75% dan rata-rata hasil belajar klasikal seluruh siswa mencapai 75. Siswa dapat menyimak cerita menggunakan media boneka jari dengan cukup baik, namun dalam tes menyimak siswa melakukannya dengan kurang baik. Oleh karena itu siswa harus lebih sering dilatih berbicara untuk mengetahui keterampilan menyimak cerita pada proses pembelajaran agar persentase ketuntasan belajar siswa mencapai lebih dari atau sama dengan 80%.
      Rata-rata hasil tes menyimak siswa pada siklus II sebesar 87,17, sedangkan ketuntasan klasikalnya mencapai 94,74%. Hal ini menunjukkan bahwa siklus II sudah mencapai standar ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu siswa yang mendapatkan nilai tes menyimak lebih dari atau sama dengan 65 mencapai 75% dan rata-rata hasil belajar klasikal seluruh siswa mencapai 75. Pada siklus II siswa dapat menyimak cerita dengan lebih baik. Keberhasilan ini terlihat ketika siswa melakukan tes menyimak melalui kegiatan berbicara sudah akurat informasinya, sudah tepat struktur dan kosa katanya, sudah wajar urutan wacananya dan sudah lancar dalam berbicara. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (1987:3) bahwa meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang. Dengan demikian boneka jari dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa.
Hasil Angket
      Respon siswa yang menyukai pembelajaran menyimak cerita menggunakan media boneka jari pada siklus I sebesar 89,47%. Namun, 10,53% siswa yang lain merasa pembelajaran tersebut kurang menyenangkan karena suara guru yang kurang keras pada saat bercerita. 73,68% siswa merasa boneka jari ini memudahkan mereka dalam memahami isi cerita. 57,89% siswa juga mendapatkan nilai > 65 dalam pembelajaran menyimak cerita setelah menggunakan boneka jari. Hasil angket siswa terhadap pembelajaran menyimak menggunakan media boneka jari pada siklus I ini cukup baik, namun hasil ini belum mencapai persentase yang telah ditetapkan yaitu 80%.
      Respon siswa yang menyukai pembelajaran menyimak cerita menggunakan media boneka jari sebesar 100% atau 19 siswa. 18 siswa atau 19,74% siswa merasa boneka jari ini memudahkan mereka dalam memahami isi cerita dan  1 siswa atau 0,05% siswa merasa boneka jari ini tidak memudahkannya dalam memahami isi cerita. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (1987:3) bahwa dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. 19 siswa atau 100% siswa juga mendapatkan nilai > 65 dalam pembelajaran menyimak cerita setelah menggunakan boneka jari. Hasil ini sudah mencapai persentase yang telah ditetapkan yaitu 80%. Hasil angket siswa pada siklus II ini mengalami peningkatan dibandingakan pada siklus I. Semua siswa memberikan respon yang sangat baik terhadap pembelajaran menyimak menggunakan boneka jari.




BAB V
PENUTUP

Simpulan
     Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
Media boneka jari digunakan dengan cara digerakkan oleh guru. Guru bercerita dengan menirukan masing-masing suara tokoh sesuai karakternya sehingga dapat dibedakan tokoh satu dengan yang lainnnya. Penggunaan media boneka jari dalam pembelajaran menyimak cerita sangat efektif digunakan pada siswa kelas V. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan aktivitas guru, siswa dan respon siswa selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Aktivitas guru pada siklus I mencapai persentase 57,96% kemudian mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 84,09%. Sedangkan aktivitas siswa secara keseluruhan mencapai persentase 57,09% pada siklus I, kemudian mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 83,89%. Selanjutnya respon siswa yang menyukai pembelajaran menyimak menggunakan media boneka jari mencapai persentase 89,47% pada siklus I dan meningkat menjadi 100% pada siklus II.
Hasil belajar siswa dengan menggunaan media boneka jari dalam pembelajaran menyimak cerita meningkat pada setiap pertemuan di  setiap siklus. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa yang diukur menggunakan tes menyimak mencapai 66,05 dan meningkat pada siklus II mencapai rata-rata sebesar 87,17. Sedangkan ketuntasan klasikalnya meningkat dari 65,79% pada siklus I dan 94,74% pada siklus II. Hal ini menunjukkan siswa sudah mencapai standar ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu siswa yang mendapatkan nilai tes menyimak lebih dari atau sama dengan 65 mencapai 75% dan rata-rata hasil belajar klasikal seluruh siswa mencapai 75.

Saran dan Tindak Lanjut
     Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, adapun saran yang dapat diberikan antara lain:
Guru mata pelajaran bahasa Indonesia hendaknya dapat memanfaatkan penggunaan media boneka jari dalam pembelajaran menyimak cerita sebagai salah satu alternatif media pembelajaran di Sekolah Dasar. Dengan media tersebut telah terbukti dapat meningkatkan keterampilan menyimak cerita siswa. Penggunaan media boneka jari dalam pembelajaran menyimak cerita diharapkan dapat membuat proses pembelajaran bahasa Indonesia menjadi lebih inovatif dan bervariasi.
Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi sekolah untuk membantu menyelesaikan masalah yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung, terutama dalam pembelajaran menyimak mata pelajaran bahasa Indonesia.
Penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi penelitian selanjutnya mengenai pengembangan media pembelajaran bahasa Indonesia sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar